Kamis 12 Jan 2017 08:53 WIB

OKI akan Bertemu di Malaysia untuk Bahas Nasib Warga Rohingya

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nur Aini
Pengungsi etnis Rohingya yang tersisa beraktivitas dengan anak anak mereka di rumah Shelter, Blang Adoe, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (23/11).
Foto: Antara/Rahmad
Pengungsi etnis Rohingya yang tersisa beraktivitas dengan anak anak mereka di rumah Shelter, Blang Adoe, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan bertemu pekan depan di Kuala Lumpur. Mereka akan membahas nasib warga Rohingnya, mengingat ribuan orang masih terus melarikan diri dari Myanmar.

Dilansir dari Arab News, Kamis (12/1), setidaknya ada 56 perwakilan OKI yang diharapkan bisa menghadiri pertemuan 19 Januari 2017 tersebut. Pertemuan akan dipimpin Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang baru-baru ini menyerukan Myanmar menghentikan genosida kepada warga Rohingya.

Mayoritas umat Buddha Myanmar masih menolak mengakui Rohingya sebagai salah satu etnis minoritas Myanmar, menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Padahal, sudah sangat banyak warga Rohingnya yang telah tinggal di Myanmar selama ratusan atau malah ribuan tahun lalu.

Akibatnya, terjadi eksodus besar Rohingnya di negara bagian Rakhine, setelah tentara melancarkan operasi pembersihan saat mencari pemberontak. Sebaliknya, terjadi serangan balasan terhadap pos perbatasan Polisi Myanmar di Rakhine, yang tejadi beberapa bulan lalu.

Pelarian kaum minoritas ini membuka fakta mengerikan, telah terjadinya perkosaan, pembunuhan, dan pembakaran massal di Myanmar. Fakta-fakta itu telah menggoyang kredibilitas peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang terus memilih berdiam diri melihat penindasan yang terjadi.

November tahun lalu, Kuala Lumpur memanggil Duta Besar Myanmar, dengan sekitar 500 warga Malaysia berunjuk rasa di luar Keduataan Besar Myanmar di Malaysia. Malaysia turut meminta ASEAN, untuk meninjau keanggotaan Myanmar karena merasa telah terjadi pembersihan etnis di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement