Sabtu 02 Sep 2017 21:04 WIB

Erdogan Sebut Kemanusiaan Tumpul untuk Rohingya

Rep: Dyah Meta Ratna Novia/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kemanusiaan menjadi tidak sensitif terhadap kekerasan yang sedang berlangsung terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Asia Tenggara, Myanmar. Hal ini diungkapkan  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat, (1/9).

"Ratusan Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar terbunuh, desa mereka dibakar, dan 20 ribu orang yang terusir telah menyeberang ke Bangladesh, meninggalkan rumah mereka. Semua ini terjadi di depan mata manusia, tapi sayangnya manusia tidak peka terhadapnya," katanya seperti dilansir Daily News.

Dia mengatakan, dunia Muslim sangat sedih merayakan Idul Adha di tengah kekerasan di Myanmar, konflik di Suriah dan Irak, dan perang melawan terorisme di Turki. Idul Adha, ujar Erdogan, yang dikenal sebagai hari raya pengorbanan, mengakui penyerahan Ibrahim kepada Tuhan dalam kesediaannya untuk mengorbankan anaknya.

"Sebagai anggota Organisasi Kerjasama Islam, saya mengadakan pembicaraan yang diperlukan dengan para pemimpin negara-negara Islam dan Sekretaris Jenderal PBB (Antonio) Guterres tentang krisis Rohingya."

Erdogan juga mendesak dunia Muslim untuk melawan kekerasan di Myanmar. "Kami sangat menyadari bahwa masalah Arakan [Rakhine] adalah manifestasi dari perebutan kekuasaan global. Tidak ada kekuatan yang ingin menghentikan Myanmar karena kepentingan strategis kawasan telah menghalangi mereka menghentikan kejahatan kemanusiaan ini," kata Erdogan.

Turki mencoba memberikan perhatian terhadap masalah kemanusiaan di Myanmar. "Kami mencoba untuk memobilisasi mekanisme internasional, kami melaksanakan kegiatan bantuan kemanusiaan di wilayah ini," kata Erdogan.

Lembaga kemanusiaan Red Crescent dan the Disaster and Emergency Management Authority (AFAD), terang dia, akan terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada Muslim Rohingya. "Tapi seringkali hasil usaha kami gagal karena dunia Islam tidak bereaksi secara keseluruhan terhadap pembantaian ini."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement