Rabu 02 Jan 2013 06:35 WIB

Pemain Arsenal Dukung Muslim Rohingya

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Setyanadivita Livikacansera
Abou Diaby.
Foto: REUTERS
Abou Diaby.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kekerasan yang dialami etnis Rohingya di Myanmar mengundang simpati kalangan Muslim dari berbagai belahan dunia. Untuk membantu perjuangan nasib warga Rohingya yang ditekan Pemerintahan Junta Myanmar, London Muslim Center baru-baru ini menggelar malam amal.

Dikutip laman Rohingyablogger, makan malam amal dihelat Muslim Aid dan banyak diikuti aktivis LSM dan komunitas Muslim Inggris. Dari 600 peserta, tampak hadir pula Presiden Burmese Rohingya Organisation UK (BROUK) Tun Khin dan gelandang Arsenal Abou Diaby. Keduanya, juga sempat memberikan pidato singkat kepada hadirin.

Mendapat kesempatan menyampaikan isi hatinya, Diaby menyatakan sangat perhatian dengan isu ketidakadilan yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar. Gelandang Timnas Prancis itu mengucapkan terima kasih kepada seluruh organisasi dan para peserta yang bergabung  untuk mendesak penyelesaian kekerasan terhadap etnis Rohingya.

Menurut pemain berusia 27 tahun itu, menjadi tanggung jawab seorang Muslim untuk mendukung saudaranya yang hidup di bawah penindasan.

Menurut laman Islamic Forum of Europe, Diaby menyumbangkan sejumlah uang untuk membantu warga Rohingya. Namun karena tidak ingin dipublikasikan, panitia merahasiakan jumlah sumbangan itu.

Mantan pemain Auxerre itu juga menunjukkan kemurahan hati dengan melelang seragam the Gunners yang dikenakannya dan terjual 1.600 poundtserling atau sekitar Rp 25 juta. Secara total, sumbangan peserta mencapai 500 ribu poundsterling atau mencapai Rp 7,8 miliar.

Tun Khin secara lantang menuding kekerasan itu direncanakan oleh Pemerintah Myanmar dengan menyerang Muslim Rohingya di sepanjang jalan dan desa. Karena dilakukan negara, maka hampir semua desa yang ditinggali Rohingya terbakar dan tempat tinggal mereka rata dengan tanah.

Ia melanjutkan, warga Rakhine Budha yang dilengkapi dengan senjata mematikan dibebaskan untuk menyerang Muslim Rohingya. Ditambah serangan polisi dan pasukan keamanan yang bebas menembaki rumah Muslim secara acak, bahkan di tengah malam membuat kehidupan warga Rohingya sangat memprihatinkan.

“Orang meninggal setiap hari karena mereka tidak memiliki makanan apapun. Banyak orang ditangkap, dipukuli, dan dibunuh ketika mereka pergi keluar rumah untuk membeli makanan,” kata Tun Khin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement