Ahad 10 Sep 2017 00:41 WIB

UNHCR: Lonjakan Jumlah Pengungsi Rohingya Mengkhawatirkan

Pengungsi Rohingya turun dari perahu setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya turun dari perahu setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Sebanyak 270 ribu orang dari etnis Rohingya telah mengungsi di Bangladesh selama dua pekan terakhir. Data itu dirilis oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

UNHCR mengumumkan pada Jumat (8/9), lonjakan dramatis dari jumlah pengungsi sementara kantung-kantung baru orang yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar ditemukan. Satu kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) mengungkapkan, gambar-gambar satelit menujukkan sekitar 450 bangunan telah dibakar di sebuah kota perbatasan Myanmar yang sebagian besar dihuni oleh orang-orang Rohingya, sebagai bagian dari apa yang para pengungsi katakan ialah usaha terkoordinasi untuk mengusir para anggota minoritas Muslim itu.

Vivian Tan, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan, orang-orang Rohingya yang menyelamatkan diri ke Bangladesh diperkirakan meningkat dari 164.000 orang pada Kamis (7/9). Alasannya, para relawan pemberi bantuan telah menemukan kelompok-kelompok besar orang di kawasan-kawasan perbatasan.

"Ini bukan mencerminkan kedatangan baru dalam 24 jam terakhir tetapi kami mengidentifikasi lebih banyak orang di kawasan-kawasan berbeda yang kami tak ketahui," ujar Tan, dengan menambahkan bahwa jumlah itu masih perkiraan dan bisa saja terjadi penghitungan dua kali.

Menurut Tan, jumlah pengungsi sudah mengkhawatirkan. Artinya, UNHCR harus harus meningkatkan rencana tanggap  dan respons cepat atas situasi di Myanmar.

Gelombang pengungsi, banyak yang sakit atau cedera, telah mendorong lembaga-lembaga bantuan dan komunitas-komunitas membantu dengan menyediakan kebutuhan. Ratusan ribu pengungsi sudah dibantu ketika terjadi gelombang pengungsian sebelumnya akibat kekerasan di Myanmar. Banyak pengungsi tak memiliki tempat perlindungan dan lembaga-lembaga bantuan bergerak cepat menyediakan air bersih, sanitasi, dan makanan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement