Sabtu 04 Aug 2012 16:23 WIB

Pascalarangan Bangladesh, Rohingya Minim Bantuan

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)
Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 30 ribu kaum etnis muslim Rohingya di kamp pengungsian sangat membutuhkan bantuan, berupa makanan dan obat-obatan. Bantuan yang biasanya datang dari Muslim Aid saat ini sudah berhenti mengalir.

Kepala Humas Aksi Cepat Tanggap (ACT), M.Fery Kuntoro, mengatakan, bantuan dari Muslim Aid di Kamp Lada, tempat pengungsian masyarakat etnis muslim Rohingya sudah dilarang untuk masuk. "Semenjak bantuan tersebut dilarang, sudah tidak ada lagi bantuan yang masuk ke Kamp Lada," ujarnya, Sabtu (4/8).

Fery menambahkan, bahwa pihaknya sudah memberangkatkan satu orang menuju ke kamp pengungsian di Kota Teknaf di perbatasan Myanmar- Bangladesh. "Kamp Lada ini letaknya hanya satu kilometer dari kota Myanmar dan dibatasi oleh sungai Naf. Teman kami disana tidak bisa lama, hanya sekitar sepuluh menit saja dan setelah itu kembali ke Daka," ujarnya.

Untuk masuk ke kamp pengungsian tersebut tidaklah mudah, banyak cek point yang harus dipenuhi. Fery mengatakan bahwa, suasana di kamp pengungsian tersebut sangat memprihatinkan. Bantuan yang mengalir di kamp itu sangat minim.

"Teman kami dengan dikawal oleh dua relawan lokal, datang ke kamp pengungsian dengan membawa sejumlah obat-obatan dan makanan dari hasil dana sumbangan masyarakat," ujar Ferry.

Fery mengatakan, selain bantuan yang bersifat logistik, masyarakat Rohingya juga membutuhkan bantuan yang bersifat spiritual, seperti trauma healing.  "Kami juga membutuhkan bantuan dan aspirasi masyarakat atas nasib yang menimpa masyarakat Rohingya," ujar Ferry.

Hal itulah yang menggagas Aksi Cepat Tanggap (ATC) dan Tim Sympathy of Solidarity (SOS) Rohingya melakukan aksi damai dan solidaritas untuk Rohingya. Aksi tersebut untuk menarik simpati solidaritas masyarakat terhadap nasib etnis muslim Rohingya di Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement