Rabu 06 Sep 2017 13:24 WIB

Aung San Suu Kyi Buka Suara Soal Pembantaian Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Aung San Suu Kyi .
Foto: Reuters
Aung San Suu Kyi .

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi akhirnya buka suara soal pembataian Rohingya yang baru-baru ini terjadi di Rakhine. Menurutnya, ada informasi keliru yang beredar terkait masalah ini yang mempromosikan kelompok teroris. 

Pernyataan ini disampaikan Suu Kyi ketika ditelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dilaporkan laman BBC, Rabu (6/9), mengutip laporan media lokal, Suu Kyi mengatakan bahwa pemerintahannya mulai mengambil tindakan terkait krisis di Rakhine. "Kami mulai membela semua orang di Rakhine dengan cara terbaik," ujarnya. 

Ia menyatakan bahwa pemerintahannya sangat mengerti arti dari mencabut perlindungan hak asasi manusia dan demokrasi. "Jadi kami memastikan bahwa semua orang di negara kita berhak dilindungi hak-haknya, tidak hanya membela hak politiknya, tapi juga sosial dan kemanusiaan," kata Suu Kyi. 

Suu Kyi pun mengkritik beredarnya informasi palsu, dalam hal ini foto berita palsu, yang memperlihatkan kondisi krisis di negaranya. Ia menilai beredarnya informasi palsu ini hanyalah puncak gunung es besar yang sengaja diciptakan untuk memantik masalah di antara komunitas yang berbeda. "Dan dengan tujuan mempromosikan kepentingan para teroris," ucapnya. 

Suu Kyi memang tidak menegaskan siapa yang dimaksud dengan kelompok teroris. Tapi diyakini komentarnya tersebut merujuk pada kelompok Tentara Pembebasan Rakhine Arakan (ARSA) yang menyerang pos militer Myanmar pada 25 Agustus. 

Suu Kyi telah dihujani kritik dan didesak dunia untuk mengambil sikap terkait pembantaian Rohingya di Rakhine. Desakan keras dilayangkan kepadanya karena dia menyandang titel peraih nobel perdamaian. Sejumlah pihak bahkan menyerukan agar penghargaan nobelnya dicabut. Sebab Suu Kyi seolah bergeming dan membiarkan Rohingya dibantai oleh militer Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement