Ahad 17 Sep 2017 19:48 WIB

Ini Sebaran Bantuan Indonesia untuk Rohingya

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo menggelar konferensi pers usai melihat persiapan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Pangkalan TNI AU, Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (13/9).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Presiden Joko Widodo menggelar konferensi pers usai melihat persiapan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Pangkalan TNI AU, Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID,DHAKA -- Bantuan dari Pemerintah Indonesia bagi seluruh pengungsi dari Rakhine, Myanmar di Bangladesh telah diterima, Ahad (17/9). Seluruhnya akan didistribusikan setidaknya ke 12 titik wilayah pengungsi di negara itu.

Duta Besar Indonesia untuk Banglades Rina Soemarno menyerahkan bantuan tersebut kepada Kepala Administrasi Chittagong, Zillur Rahman Chowdhury pertama kali pada 14 September. Hingga Sabtu (16/9) kemarin, sebanyak 54 ton bantuan kemanusiaan dari Tanah Air telah tiba di Bangladesh, tepatnya di Chittangong.

Pengiriman telah dilakukan sebanyak enam kali dengan menggunakan pesawat C-130 TNI Angkatan Udara (AU). Bantuan kemanusiaan yang diberika Indonesia untuk para pengungsi dari Rakhine diantaranya adalah beras, selimut, makanan siap saji, tenda besar, tanki air fleksibel, perlengkapan keluarga, pakaian, serta gula pasir.

Setidaknya, bantuan yang tiba dalam empat kali pengiriman tahap pertama pada 14 dan 15 September telah dipindahkan dari Bandara Chittagong ke gudang pemerintah di Cox's Bazar, Bangladesh. Selain Indonesia, bersamaan, bantuan juga datang dari sejumlah negara lainnya seperti Maroko, India, dan Iran.

Menurut pejabat pemerintahan administrasi Cox's Bazar, bantuan Indonesia yang sudah berada di gudang akan didistribusikan ke 12 titik wilayah pengungsi pada Senin (18/9). Pihaknya juga bekerja sama dengan badan internasional PBB, yaitu UNHCR dan IOM.

Hingga saat ini, Pemerintah Bangladesh belum dapat memberikan izin bagi delegasi Indonesia untuk mengunjungi kamp-kamp pengungsi dari Rakhine di negara itu. Hal ini disebabkan karena alasan keamanan.

Konflik yang terjadi di Rakhine telah membuat gelombang pengungsi dari sana berdatangan ke Bangladesh. Pertama kali hal ini kembali terjadi pada 25 Agustus lalu, dengan terjadinya serangan di wilayah utara negara bagian itu. Sebanyak 30 pos keamanan polisi di perbatasan Myanmar dan Bangladesh yang dilaporkan mendapat serangan. Pasukan militer Myanmar saat itu mengatakan ada ratusan orang yang diyakini sebagai kelompok militan asal etnis tersebut membawa senjata dan menggunakan bahan peledak untuk menyerang.

Pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan penyerang kemudian terus berlanjut. Tak hanya itu, tentara negara juga melakukan operasi keamanan di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine.

Situasi di negara bagian Myanmar itu semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana. Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.

Diperkirakan lebih dari 400 orang yang tewas dalam kekerasan terbaru di Rakhine dan kebanyakan adalah warga Rohingya. Selain itu hingga saat ini tercatat ada 370 ribu dari mereka yang mayoritas Muslim tersebut melarikan diri ke Bangladesh. Namun, tak sedikit di antaranya yang mengalami luka parah karena tembakan yang dilepas oleh pasukan militer Myanmar dalam perjalanan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement