Selasa 19 Sep 2017 13:36 WIB

Pembagian Bantuan Pengungsi Rohingya Kisruh

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Rohingya mengantre bantuan beras yang dibagikan lembaga bantuan di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh
Foto: Dar Yasin/AP
Pengungsi Rohingya mengantre bantuan beras yang dibagikan lembaga bantuan di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID,COX'S BAZAR -- Kamp pengungsi Rohingya di Balukhali, kota Cox's Bazar, Bangladesh, dilanda kekacauan.  Ratusan warga Rohingya, termasuk anak-anak, berdesak-desakan untuk mendapatkan paket bantuan yang dilempar dari truk.

Para perempuan, yang kebanyakan menggendong bayi di pundak mereka, rela diguyur hujan deras dengan harapan akan mendapatkan makanan. Mereka juga berusaha mengambil terpal dan pakaian yang didistribusikan oleh warga setempat.

Lembaga bantuan kemanusiaan melaporkan, pada 15 September lalu ada dua anak dan seorang perempuan yang tewas berdesak-desakan saat pendistribusian bantuan.

Setelah insiden itu, pada Ahad (17/9), polisi dan tentara Bangladesh terlihat berjaga-jaga sambil memeriksa kendaraan bantuan yang datang ke Cox's Bazar.

Arefa, seorang warga Rohingya, menjadi satu dari banyaknya orang yang menunggu datangnya bantuan yang sangat dibutuhkan. Dia basah kuyup sambil menahan anak perempuannya yang masih berusia dua tahun, Minara, di bahunya. Arefa menangis karena tidak ada makanan untuknya dan kedua anaknya.

"Saya tidak punya makanan, tidak ada tempat berlindung, dan tidak ada bahan untuk memasak apa pun, saya belum merasa lega. Saya harap bisa mendapatkan bantuan yang dapat saya makan, kalau tidak, saya akan kelaparan," ungkapnya, dikutip Aljazirah.

Arefa, yang tiba di Balukhali dua hari yang lalu dari desa Lambaguna di distrik Akyab, mengatakan, dia sudah berusia 40 tahun. Suaminya, Nabi Hussain, telah ditembak mati oleh militer Myanmar.

Warga Rohingya telah membangun gubuk-gubuk yang terbuat dari tarpaulin dan batang bambu di atas bukit berpasir dan di tempat terbuka. Mereka tidak mendapatkan tempat di kamp-kamp terdaftar yang dikelola oleh LSM nasional dan internasional.

Kelompok Koordinasi Antarsektor, yang terdiri atas berbagai organisasi kemanusiaan, mengatakan dalam sebuah laporan, 326.700 orang membutuhkan tempat penampungan darurat yang layak. Balukhali sudah menampung ribuan warga Rohingya yang melarikan diri pada Oktober yang lalu.

Hujan yang menyebabkan banjir di beberapa lokasi kamp juga memaksa mereka pindah ke daerah baru. Manzoor Ahmed, yang telah memasang sebuah tenda di lahan pribadi yang disediakan oleh seorang warga Bangladesh setempat, mengatakan tendanya telah terkena banjir.

"Ini benar-benar buruk, air sudah masuk tenda kami, seluruh daerah banjir. Saya tidak punya tempat untuk tidur, otak saya tidak bekerja, saya tidak tahu harus berbuat apa," ujar Ahmed.

Pria berusia 65 tahun itu tiba di Balukhali tiga hari lalu bersama 11 anggota keluarganya. Dia bilang dia cukup beruntung karena tidak ada satu pun anggota keluarganya yang terbunuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement