Kamis 21 Sep 2017 09:43 WIB

AS Disebut Paling Brutal Jatuhkan Bom di Raqqa

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bilal Ramadhan
Sebuah foto hasil pandangan satelit mengenai bangunan sebelum (Kiri, 13 Mei 2017) dan setelah (kanan, 29 Mei 2017) serangan udara di Raqqa, Suriah. Foto ini dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 16 Juni 2017.
Foto: EPA
Sebuah foto hasil pandangan satelit mengenai bangunan sebelum (Kiri, 13 Mei 2017) dan setelah (kanan, 29 Mei 2017) serangan udara di Raqqa, Suriah. Foto ini dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 16 Juni 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Setiap delapan menit bulan lalu, sebuah bom, rudal, atau peluru  ditembakkan ke kota Raqqa di Suriah oleh koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS. Ini mengakibatkan setidaknya 433 kematian warga sipil berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh kelompok monitor yang berbasis di Inggris, Airwars.

Airwars merupakan sebuah kelompok yang melacak jumlah warga sipil yang  meninggal  dalam serangan udara koalisi Rusia dan AS di Suriah dan Irak. Direktur Airwars, Chris Woods mengatakan, pasukan yang dipimpin AS menjatuhkan 5.775 bom, peluru, dan rudal untuk mendukung aliansi pejuang Kurdi dan Arab untuk bertempur merangsek masuk Kota Raqqa.

"Apa yang kita lihat sekarang benar-benar sebuah serangan koalisi yang menghancurkan kota ini," ujar Woods seperti dilansir Aljazirah, Kamis, (21/9).

Menurut Woods, lebih banyak amunisi dijatuhkan di Raqqa pada bulan Agustus daripada dijatuhkan pada pertempuran terberat di Mosul barat melawan ISIS di Irak. Dampaknya dirasakan warga sipil yang terjebak di kota tersebut yang sangat berat dan memprihatinkan.

Airwars mengatakan, setidaknya 433 warga sipil Raqqa kemungkinan meninggal bulan lalu akibat serangan koalisi ke Raqqa. Total warga sipil yang meninggal sejak serangan melawan ISIS  dimulai pada 6 Juni sampai saat ini mencapai lebih dari 1.000 orang.

Menurut Airwars, sebagian besar serangan ke Raqqa dilakukan oleh AS, dengan dukungan dari sekutu Prancis, Belgia, dan Inggris. "Pengeboman paling brutal dilakukan oleh AS di Kota Raqqa yang menimbulkan  jumlah korban sipil yang signifikan," kata Woods.

Namun sayang  koalisi sejauh ini hanya mengakui empat kematian akibat dua insiden sejak awal serangan militer baru untuk merebut kembali Raqqa. Pasukan koalisi menyatakan, mereka  telah menjatuhkan setidaknya 16.500 amunisi di Raqqa dan sekitarnya sejak Juni.

Ini dilakukan mengikuti proses penargetan yang ketat dan spesifik untuk meminimalkan risiko korban sipil. Dalam sebuah pernyataan email pasukan koalisi mengakui serangan mereka menimbulkan kematian setidaknya 685 warga sipil di Suriah dan Irak sejak dimulainya operasi melawan ISIS pada tahun 2014.

Namun kelompok hak asasi manusia mengatakan, jumlah korban warga sipil sesungguhnya jauh lebih tinggi. Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Angkatan Udara AS menunjukkan  selama operasi pada bulan Agustus, lebih banyak senjata dijatuhkan di Suriah dan Irak daripada bulan lainnya selama kampanye tiga tahun melawan ISIS.

Aktivis Suriah mengatakan, banyak bom yang jatuh di Raqqa meratakan rumah, menghancurkan rumah sakit dan masjid, menyapu bersih lingkungan kota kuno Suriah yang penduduknya hidup di bawah kendali brutal ISIS sejak tahun 2014. Lebih dari 75 persen kota hancur dan lebih dari 190.000 orang telah mengungsi. Ini menurut kelompok aktivis dan badan bantuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement