Kamis 21 Sep 2017 17:22 WIB

Tim Berpacu dengan Waktu Selamatkan Korban Gempa Meksiko

Rep: Dyah Ratna Metha Novia/ Red: Andri Saubani
Presiden Meksiko Enrique Pea Nieto (tengah kanan) sat berkunjung ke salah satu lokasi gempa di Jojutla, Morelos, Rabu (20/9).
Foto: EPA
Presiden Meksiko Enrique Pea Nieto (tengah kanan) sat berkunjung ke salah satu lokasi gempa di Jojutla, Morelos, Rabu (20/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan orang-orang yang masih hidup yang terjebak di bawah reruntuhan sebuah sekolah di Mexico City yang ambruk saat gempa pada Selasa (19/9). Beberapa pejabat Meksiko mengatakan, salah satunya, seorang gadis berusia 13 tahun, diyakini berlindung di bawah meja.

Sedikitnya 21 anak-anak dan lima orang dewasa meninggal saat sekolah dasar tersebut ambruk dan banyak lainnya hilang. Sekolah itu adalah salah satu dari puluhan bangunan runtuh akibat gempa tersebut. Sejauh ini 230 orang diketahui telah meninggal dunia.

Presiden Meksiko Enrique Pea Nieto telah mengumumkan tiga hari berkabung untuk para korban. Ketika operasi penyelamatan berlanjut untuk malam kedua, perhatian difokuskan pada sekolah dasar Enrique Rbsamen di distrik Coapa, Mexico City selatan.

Banyak orangtua yang cemas berkumpul di luar menunggu kabar anak-anak yang hilang. Relawan perlindungan sipil Enrique Gardia mengumumkan pemindai termal telah mendeteksi orang-orang yang masih hidup yang terjebak di antara lempengan beton."Mereka masih hidup! Hidup!", teriak Gardia.

Seseorang menabrak dinding beberapa kali di satu tempat. Di tempat lain ada respons terhadap sinyal cahaya dengan lampu.

Seorang ibu, yang berdiri di dekat sekolah yang runtuh menunggu kabar putrinya yang berusia tujuh tahun. "Tidak ada yang bisa membayangkan rasa sakit yang saya alami saat ini," katanya seperti dilansir BBC, Kamis, (21/9).

Saat malam turun di atas Mexico City, hujan mulai turun. Operasi pencarian semakin lambat saat pekerja menyebarkan terpal ke lokasi penyelamatan. Tim penyelamat terus berjuang untuk menyelamatkan korban yang masih bernyawa di bawah reruntuhan.

Banyak orang yang menunggu sering diminta diam, saat para pekerja berusaha mendengarkan suara orang yang masih hidup di bawah reruntuhan.Lebih dari 500 anggota angkatan darat dan angkatan laut bersama 200 petugas polisi dan relawan telah bekerja di lokasi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement