Jumat 22 Sep 2017 07:10 WIB

Houthi: Saudi, UEA dan AS Sedang Memecah Yaman

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
Foto: EPA/Yahya Arhab
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemimpin kelompok Houthi, Abdel-Malek al-Houthi, menuduh Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) sedang berusaha membagi Yaman.

Negara-negara itu bekerja sama dengan kelompok-kelompok bersenjata lokal dan pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional, untuk menguasai wilayah yang dikuasai militan Houthi.

"UEA adalah front Amerika. Dan hari ini mereka mencuri gas alam Yaman, meski penduduk Yaman menderita. Ada banyak pulau saat ini yang telah diserahkan oleh agen asing dan pengkhianat negara ini kepada UEA, dan mereka membuat basis, beberapa di antaranya berbagi basis dengan Amerika," ujar Houthi.

Ia berpidato di hadapan para pendukungnya dalam perayaan ulang tahun ketiga pengambilalihan Sanaa oleh tentara Houthi yang disebut Revolusi 21 September. Pidato yang disiarkan di TV Al Masirah dan dikelola Houthi itu mengkritik koalisi pimpinan Arab Saudi.

Melaporkan dari Sanaa, Hakim al-Masmai, editor Yemen Post, mengatakan meskipun memiliki banyak pendukung, Houthi tidak memiliki sekutu.

"Ini adalah pembagian yang sangat jelas di Sanaa antara dua sekutu, saat Houthi berkumpul untuk menunjukkan kekuatan mereka setelah tiga tahun serangan udara yang dipimpin oleh Arab Saudi," kata Masmari kepada Aljazirah.

Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi tersebut meluncurkan serangan udara melawan militan Syiah Houthi yang bermarkas di Iran pada Maret 2015. Secara bersamaan koalisi tersebut menerapkan blokade udara dan laut ke Yaman.

"Militan Houthi menguasai sekitar 30-40 persen wilayah Yaman. Mereka masih kuat di lapangan," ujar Masmari.

Masmari mengatakan, meskipun jelas hubungan antara militan Houthi dan koalisi pimpinan Arab Saudi menemui jalan buntu, tidak ada mediasi yang sedang berlangsung. "PBB telah mengupayakan dan ini adalah hasilnya: lebih banyak kekacauan dan sayangnya lebih banyak kematian warga sipil di Yaman," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement