Jumat 22 Sep 2017 14:33 WIB

WTO Revisi Pertumbuhan Perdagangan 2017

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
WTO
Foto: flickr
WTO

REPUBLIKA.CO.ID, GENEVA -- Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) merevisi pertumbuhan perdagangan global 2017 dari 2,4 persen menjadi 3,6 persen. Revisi ini menyusul adanya percepatan pertumbuhan perdagangan global yang cukup tajam di paruh pertama 2017.

Seperti dilansir Xinhua, Jumat (22/9), para ekonom WTO mengatakan, pertumbuhan yang cukup tinggi di paruh pertama 2017 disebabkan oleh adanya peningkatan arus perdagangan intre-regional Asia. Selain itu, permintaan impor di Amerika Utara juga mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di Cina dan Amerika Serikat mendorong permintaan impor. Hal ini yang menimbulkan terjadinya peningkatan perdagangan intra-Asia, karena permintaan ditransmisikan melalui rantai pasok global.

Permintaan Cina pada semester pertama 2017 didorong oleh pertumbuhan industri dan jasa. Selain itu, kondisi keuangan di Asia juga membaik sehingga memberikan kontribusi terhadap kepercayaan bisnis.

Namun, WTO memperkirakan laju pertumbuhan perdagangan yang cepat pada tahun ini tidak akan berlanjut. Pada 2018 diperkirakan pertumbuhan perdagangan akan moderat di sekitar 3,2 persen. Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo mengatakan, risiko substansial yang mengancam ekonomi dunia akan tetap ada dan dapat memberikan risiko terhadap perdagangan di masa depan.

"Risiko ini mencakup pembatasan perdagangan, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan meningkatnya jumlah korban ekonomi akibat bencana alam," ujar Azevedo.

Azevedo meminta kepada seluruh negara agar tidak melakukan proteksionisme perdagangan. Diharapkan seluruh negara dapat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan mitra mereka masing-masing, sehingga dapat menciptakan win win solution.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement