Jumat 22 Sep 2017 19:05 WIB

Duh, 150 Bayi Pengungsi Ada di Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Endro Yuwanto
Bayi pengungsi etnis Rohingya lahir dengan selamat bersama ibunya di rumah penampungan Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (9/9).
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
Bayi pengungsi etnis Rohingya lahir dengan selamat bersama ibunya di rumah penampungan Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa menginformasikan sekitar 150 bayi kini hidup di pengungsian perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Parahnya, perbatasan itu merupakan sebuah medan yang tidak siap untuk dijadikan tempat pengungsian.

"Setidaknya 150 bayi ada di pengungsian berdasarkan data terakhir yang kami terima. Kami akan terus berusaha untuk segera berikan penanganan yang baik untuk mereka," ujar Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumberdaya Dompet Dhuafa Bambang Suherman saat ditemui di Kantor Dompet Dhuafa, Jumat (22/9).

Tim Dompet Dhuafa terus melakukan diskusi diplomatik agar bisa mengirimkan tim untuk masuk ke Rohingya. Tentu dengan membawa tim dokter untuk menangani bayi-bayi yang ada di pengungsian yang tidak siap ditempati itu. "Kami bukan tidak mau kirim bantuan, tapi memang medan di sana (Cox's Bazar, Bangladesh) yang belum siap," ujar Bambang.

Bahkan, tidak tanggung-tanggung Bambang menyebutkan sudah ada 90 ribu pengungsi baru yang ada di perbatasan Myanmar-Bangladesh sejak kejadian 25 Agustus 2017. Sementara, UNHCR semakin kewalahan untuk memberikan kartu warga pengungsian.

Bantuan-bantuan kepada anak-anak Rohingya tidak melulu harus berupa yang terlihat mata, bantuan pemulihan mental juga sangat dibutuhkan bagi anak-anak pengungsian yang telah terenggut kebebasan bermainnya.

"Dalam pengungsian, harus dibangun suasana normal anak-anak kembali agar tekanan upnormal-nya berkurang. Misalnya, jika dulunya mereka bersekolah, di pengungsian harus diadakan pengajaran seperti sekolah juga setiap harinya, agar mereka lupa dengan kejadian luar biasa yang mereka alami,'' kata Bambang.

Sembari melaksanakan semua bantuan, Dompet Dhuafa juga terus melakukan usaha perdamaian antara etnis Rohingya dengan Pemerintah Myanmar. Artinya, antara mereka akan terus dicoba dibangun rasa saling membutuhkan satu sama lain, hingga akhirnya mereka bisa saling berangkulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement