Senin 25 Sep 2017 14:40 WIB

WHO: Kolera Ancam Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Pengungsi meninggalkan kamp pengungsi Rohingya yang terendam banjir di Cox's Bazaar, Bangladesh,
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi meninggalkan kamp pengungsi Rohingya yang terendam banjir di Cox's Bazaar, Bangladesh,

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan meningkatnya risiko wabah kolera di kamp pengungsi darurat Rohingya di Bangladesh. Sebulan setelah kekerasan terjadi di Negara Bagian Rakhine di Myanmar, sebanyak 436 ribu warga Rohingya tercatat telah tersebar di 68 kamp di sepanjang perbatasan.

Menurut WHO, mereka tidak mendapatkan fasilitas air minum dan sarana kebersihan yang aman. Kamp-kamp tersebut juga menghadapi kekurangan pangan dan obat-obatan sebagai salah satu kamp pengungsian terbesar di dunia.

"Ada risiko penyakit bawaan air, terutama risiko kolera yang sangat tinggi. Inilah mengapa setiap orang merasa khawatir. Bagaimanapun, situasinya tetap kritis dan menjadi tantangan," ujar WHO dalam pernyataan resminya, dikutip Arab News.

WHO mengatakan pusat kesehatan berjalan telah didirikan. Sementara pejabat kesehatan Bangladesh mengatakan mereka telah merawat sekitar 4.500 warga Rohingya yang menderita diare dalam sebulan terakhir dan memvaksinasi sekitar 80 ribu anak-anak Rohingya untuk mencegah penyakit campak dan polio.

"Kami mencoba yang terbaik untuk menghadapi tantangan ini. Tapi kami tetap merasa khawatir," kata Enayet Hossain, wakil kepala layanan kesehatan Bangladesh.

Kelompok Dokter Lintas Batas atau Mdecins Sans Frontires (MSF) mengatakan, pekan lalu kamp-kamp tersebut berada di ambang bencana kesehatan karena air kotor dan kotoran manusia mengalir melalui gubuk-gubuk. Bantuan kemanusiaan skala besar sangat dibutuhkan, terlebih orang dewasa juga berada di titik puncak kematian akibat dehidrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement