Senin 25 Sep 2017 16:05 WIB

Malaysia Kecewa dengan Sikap Menlu Filipina Soal Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pria Rohingya Abdul Kareem berjalan menuju kamp pengungsi menggendong ibunya Alima Khatoon setelah menyeberang dari Myanmar menuju Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (16/9).
Foto: AP
Pria Rohingya Abdul Kareem berjalan menuju kamp pengungsi menggendong ibunya Alima Khatoon setelah menyeberang dari Myanmar menuju Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia telah menolak pernyataan yang diutarakan Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano selaku ketua ASEAN saat ini terkait krisis Rohingya.

Dalam pidatonya di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di NewYork, Amerika Serikat, pada Ahad (24/9), Cayetano mengatakan bahwa apa yang terjadi di Rakhine, Myanmar, tidak seperti yang selama ini dibayangkan dan dipikirkan. Ia pun tak menyebut bahwa Muslim Rohingya merupakan korban penganiayaan dan kekejaman militer Myanmar.

Pernyataan Cayetano memicu kekecewaan dan penolakan dari Malaysia selaku anggota ASEAN. "Pernyataan yang dikeluarkan Cayetano di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, tidak mencerminkan kekhawatiranKuala Lumpur," kata Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman, seperti dilaporkan laman Anadolu Agency, Senin (25/9).

Malaysia ingin melepaskan diri dari pernyataan ketua(Cayetano) karena kami berpendapat bahwa ini adalah keliru tentang kenyataansituasi (di Rakhine). Malaysia telah mengetahui kekhawatirannya, namun initidak tercermin dalam pernyataan ketua, kata Aman menambahkan.

Ia juga secara tegas membantah pernyataan yang diungkapkan Cayetano di sidang Majelis Umum PBB. Menurutnya, pernyataan Cayetano tidak berdasarkan konsensus serta meniadakan nasib Rohingya yang menjadi korban akibat krisis di negara bagian Rakhine.

Aman mengatakan, Malaysia tidak dapat mengabaikan kekejaman militer Myanmar yang menimpa ratusan ribu Muslim Rohingya dan memicu krisis kemanusiaan cukup parah. "Malaysia sangat mendesak Pemerintah Myanmar untuk mengakhiri kekerasan, menghentikan penghancuran terhadap kehidupan dan properti,memungkinkan akses segera untuk pengiriman bantuan kemanusiaan kepada orang-orang Rohingya dan semua masyarakat yang terkena dampak (krisis)," ujarAman.

Malaysia, kata Aman menambahkan, juga akan berupaya untuk menemukan solusi guna memecahkan krisis Rohingya. "Solusi jangka panjang dan layak untuk akar penyebab konflik harus ditemukan agar masyarakat Rohingya dan yang terkena dampak dapat membangun kembali kehidupan mereka," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement