Selasa 26 Sep 2017 11:48 WIB

Wanita Rohingya Alami Kekerasan Seksual

Rep: MARNIATI ./ Red: Winda Destiana Putri
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Rohingya di Ukhiya
Foto: Stringer/EPA
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Rohingya di Ukhiya

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Petugas medis PBB mengatakan puluhan wanita Muslim Rohingya menerima penyerangan seksual dari petugas keamanan Myanmar. Dilansir dari The Independent, Senin (25/7), sebanyak delapan profesional medis yang bekerja di Bangladesh merawat 25 wanita sejak akhir Agustus yang memiliki luka fisik yang konsisten dengan serangan kekerasan.

Niranta Kumar, koordinator kesehatan untuk sebuah klinik yang dikelola oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM), mengatakan jumlah korban pemerkosaan pada bulan Agustus mengalami penurunan namun dari luka yang diderita korban diketahui serangan tersebut lebih agresif. Termasuk bukti pemukulan dan bukti kekerasan seksual lainnya.

"Kami menemukan bekas kulit, ini menunjukkan serangan yang sangat kuat, serangan yang tidak manusiawi," katanya.

Sangat jarang bagi dokter dan lembaga bantuan PBB menuduh sebuah angkatan bersenjata yang diduga melakukan pemerkosaan, mengingat masalah ini begitu sensitif.  Zaw Htay, juru bicara pemimpin de facto Birma Aung San Suu Kyi, mengatakan pihak berwenang akan menyelidiki setiap klaim pemerkosaan.

"Korban korban pemerkosaan itu harus mendatangi kita. Kami akan memberikan keamanan penuh kepada mereka. Kami akan menyelidiki dan kami akan mengambil tindakan," katanya.

Perkosaan yang dilaporkan dari kamp pengungsian hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di selatan perbatasan. Laporan situasi dari lembaga bantuan menemukan bahwa lebih dari 350 orang telah dirujuk untuk memulihkan psikologisnya. Mereka merupakan korban dari kekerasan berbasis gender, termasuk pemerkosaan, percobaan pemerkosaan dan penganiayaan, serta pelecehan emosional dan penolakan sumber daya berdasarkan jenis kelamin.

Aung San Suu Kyi, yang belum berkomentar mengenai kekerasan terhadap perempuan, berbicara tentang pemerkosaan yang digunakan sebagai senjata di tengah konflik etnis sebelum dia berkuasa tahun lalu. Pada tahun 2011, dia mengatakan tentang kekerasan seksual dalam konflik: "Ini digunakan sebagai senjata oleh angkatan bersenjata untuk mengintimidasi etnisitas dan untuk membagi negara kita, inilah bagaimana saya melihatnya," katanya.

Sejak eskalasi terbaru, lebih dari 1.000 orang meninggal dan ratusan ribu lainnya telah mengungsi. UNICEF  ​​memperkirakan 50 ribu pendatang baru adalah wanita hamil.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement