Kamis 28 Sep 2017 18:58 WIB

Muslim Jerman Khawatirkan Kebangkitan Partai Ekstrem Kanan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Umat Muslim di Jerman, ilustrasi
Umat Muslim di Jerman, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Komunitas Muslim Jerman menyuarakan keprihatinan atas bangkitnya partai sayap ekstrem kanan Alternative for Germany (AfD) dalam pemilihan federal Jerman, pada Ahad (24/9). Aiman Mazyek, yang memimpin Dewan Pusat Muslim di Jerman (ZMD) mengatakan, mereka khawatir akan meningkatnya diskriminasi dan kekerasan setelah AfD menjadi partai terbesar ketiga di Jerman.

"AfD telah mengubah iklim politik, dan sekarang mulai meracuni. Tentu saja kami memiliki beberapa ketakutan. Kami khawatir akan adanya serangan yang menargetkan Muslim, yang telah meningkat ke tingkat yang mengkhawatirkan di Jerman," kata Mazyek kepada Anadolu.

AfD mengadopsi retorika anti-Islam secara eksplisit selama kampanye pemilihan. Partai ini berpendapat, Jerman sedang berada di bawah ancaman islamisasi, terutama setelah hampir sejuta pengungsi, yang kebanyakan berasal dari Suriah dan Irak, tiba sejak 2015.

Mazyek mengatakan, propaganda anti-Islam AfD dapat menyebabkan meningkatnya diskriminasi terhadap umat Islam. Hal ini juga akan mendorong ekstrimis untuk melakukan serangan yang menargetkan masjid.

Jerman adalah rumah bagi hampir 4,7 juta Muslim, dan tiga juta di antaranya berasal dari Turki. Banyak dari mereka adalah generasi kedua atau ketiga dari keluarga Turki yang bermigrasi ke Jerman pada 1960-an, yang telah terintegrasi dengan baik.

AfD telah mengkritik kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel yang membuka pintu lebar untuk para pengungsi, selama kampanye pemilihan. Para pemimpin AfD berulang kali berargumen bahwa Islam tidak memiliki tempat di Jerman.

Mazyek mengatakan, diskusi publik tentang pengungsi, Muslim, dan Islam dalam beberapa tahun terakhir berkontribusi pada bangkitnya AfD. Partai ini berhasil melewati ambang batas suara sebesar 5 persen dalam pemilihan nasional.

"Kaum sayap kanan dan ekstrimis telah mengeksploitasi debat tak berujung tentang pengungsi, Islam, atau Turki," katanya, mengacu pada debat media yang sering memberitakan negatif tentang pengungsi dan umat Islam.

Mazyek menggarisbawahi, selama debat pra-pemilihan, masalah nyata di Jerman terkait masalah keamanan sosial, pensiun, atau pengangguran, justru sering kali terbengkalai. Ia mendesak partai-partai arus utama untuk tidak beralih ke retorika populis AfD dan bersikap tegas menentang partai tersebut.

"Tujuan akhir dari AfD adalah untuk menghapuskan sistem demokrasi liberal kita. Mereka ingin punya republik baru," ungkap dia.

AfD telah menjadi partai terkuat ketiga di Bundestag setelah memenangkan 12,6 persen suara dalam pemilihan. Partai ini memperoleh 94 dari 709 kursi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement