Sabtu 07 Oct 2017 15:32 WIB

Cara Australia Mencegah Aksi Penembakan Seperti di Vegas

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Hotel The Mandalay Bay lokasi tempat terduga penembakan Las Vegas, Nevada, AS, Senin (2/10)
Foto: Paul Buck/EPA-EFE
Hotel The Mandalay Bay lokasi tempat terduga penembakan Las Vegas, Nevada, AS, Senin (2/10)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Ungkapan kemarahan terkait penembakan massal di Las Vegas tidak disertai upaya pencegahan oleh pemerintah AS. Sementara Australia, dinilai telah menemukan 'vaksin' untuk menghentikan penembakan massal tersebut.

Pada April 1996, enam hari setelah 35 orang tewas tertembak di lokasi wisata bersejarah Port Arthur di Tasmania, pemerintah konservatif Australia meresmikan National Firearms Agreement. Kesepakatan ini melarang akses senapan semi-otomatis dan senapan pompa ke warga sipil.

Dalam 18 tahun, sejak 1979 hingga April 1996, Australia mengalami 13 kasus penembakan massal, yang menewaskan 104 orang. Lebih dari 21 tahun sejak pembantaian Port Arthur dan peresmian National Firearms Agreements, penembakan massal tidak lagi terjadi di Australia.

Orang yang memiliki niat untuk berbuat kejahatan pasti ditemukan di setiap negara. Namun ketika orang jahat itu diberikan akses mudah ke senjata api yang mematikan, sudah pasti hasilnya akan mengerikan, seperti penembakan massal.

Senjata api dapat mengubah insiden buruk biasa menjadi sebuah pembantaian. Jika seorang mengamuk dengan pisau atau tongkat, mungkin mereka hanya akan melukai beberapa orang. Tapi bagaimana bisa orang tersebut menggunakan senjata api?

Seperti pelaku penembakan di Las Vegas, pria bersenjata yang mengamuk di Port Arthur juga tidak memiliki catatan kriminal atau riwayat penyakit jiwa. Seperti kebanyakan orang, pelaku merupakan seorang pemilik senjata yang patuh hukum.

Jika semua patuh hukum, sulit bagi polisi untuk memperkirakan siapa yang akan melakukan pembantaian selanjutnya. Polisi juga akan sulit menemukan bukti dan motifnya.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2013 terhadap 27 negara maju menemukan, jumlah senjata per kapita di setiap negara merupakan prediktor kuat dari penyebab kematian akibat tembakan senjata api. Studi ini mematahkan hipotesis bahwa senjata api dapat membuat sebuah negara menjadi lebih aman.

Dilansir dari Time, jajak pendapat untuk reformasi hukum Australia menunjukkan, 90 persen warga Australia menginginkan pelarangan senjata api. Semua penembak berlisensi harus berafiliasi dengan klub olahraga menembak atau otorisasi dari pemilik lahan untuk berburu.

Australia dan AS berbagi banyak kedekatan budaya. AS memiliki 13 kali jumlah populasi Australia, 134 kali tingkat kematian akibat senjata api, dan 27 kali tingkat pembunuhan oleh senjata api.

Reformasi kepemilikan senjata di Australia diperkenalkan secara eksplisit untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penembakan massal.

Australia jauh lebih aman saat ini daripada sebelum membatasi ketersediaan senjata. Jika AS tidak mereformasi undang-undang senjata, negara tersebut akan tetap menghadapi ancaman nyata penembakan massal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement