Jumat 06 Oct 2017 18:49 WIB

Saudi Beli Sistem Persenjataan Rusia

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Raja Salman
Foto: EPA/LINTAO ZHANG/POOL
Raja Salman

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi tuan rumah bagi Raja Salman Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan di Kremlin pada Kamis. Kunjungan ini memperkuat hubungan yang sangat penting bagi harga minyak dunia dan dapat menentukan hasil konflik di Suriah.

Raja Salman merupakan Raja Saudi pertama yang pernah mengunjungi Rusia. Ia memimpin sebuah delegasi yang menyetujui kesepakatan investasi bersama senilai miliaran dolar. Investasi ini sangat dibutuhkan untuk ekonomi Rusia yang merasa terguncang oleh harga rendahnya harga minyak dan sanksi Barat.

Arab Saudi juga telah menandatangani nota kesepahaman tentang pembelian sistem pertahanan udara Rusia S-400. Kesepakatan ini diharapkan dapat memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan industri sistem militer dan militer di Arab Saudi

Pembelian ini menandai sebuah pergeseran untuk kerajaan, yang membeli sebagian besar peralatan militernya dari Amerika Serikat dan Inggris. "Saya yakin bahwa kunjungan Anda akan memberi dorongan yang baik untuk pengembangan hubungan antara kedua negara kita," kata Putin kepada Raja Salman saat duduk berdampingan di Rumah Hijau Kremlin yang dihiasi dengan mewah.

Rusia dan Arab Saudi, terlepas dari perbedaan mereka juga memiliki kepentingan bersama dalam menopang kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, kedua pihak juga memiliki pengaruh dalam konflik di Suriah.

Raja Saudi mengundang Putin untuk mengunjungi negaranya dan mengatakan bahwa mereka berencana untuk terus bekerja sama untuk menjaga agar harga minyak dunia tetap stabil. Moskow dan Riyadh bekerja sama untuk mendapatkan kesepakatan antara OPEC dan produsen minyak lainnya untuk mengurangi produksi hingga akhir Maret 2018.

Menteri Energi Khalid al-Falih mengatakan Arab Saudi sangat terbuka mengenai saran Moskow untuk memperpanjang pakta tersebut sampai akhir tahun depan. Adapun terkait Suriah, Riyadh mendukung pemberontak yang melawan tentara Presiden Bashar al-Assad, sementara pasukan Rusia dan Iran berpihak pada Assad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement