Kamis 28 Sep 2017 10:38 WIB

Korsel: Korut akan Kembali Memprovokasi pada Oktober

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) memperkirakan Korut dapat melakukan lebih banyak tindakan provokatif pada pertengahan Oktober mendatang. Periode waktu itu bertepatan dengan berdirinya Partai Komunis Cina yang menjadi salah satu acara penting bagi Korut.

Diperkirakan Korut akan melakukan tindakan provokatif pada sekitar 10 hingga 18 Oktober. Namun, belum ada keterangan lebih lanjut apakah tindakan yang dimaksud adalah sama seperti sebelumnya yakni uji senjata nuklir.

"Laporan dari penasihat keamanan nasional adalah kekhawatiran konflik militer terjadi karena dipicu insiden tidak disengaja serta tindakan porvokatif," ujar anggota parlemen Korsel, Park Wan-ju, Kamis (28/9).

Korut telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan. Pada 3 September negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga melakukan tes terbaru dari bom hidrogen yang disebut dirancang untuk ditempatkan di dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).

Kemudian yang lebih baru adalah pada 15 September lalu. Korut menembakkan rudal balistik ke wilayah utara Jepang. berdasarkan laporan, senjata itu mencapai ketinggian sekitar 770 kilometer atau 478 mil. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 3.700 kilometer.

Korut bahkan sebelumnya berencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam, AS pada pertengahan Agustus lalu. Namun, Kim Jong-un mengatakan terlebih dahulu hendak mengawasi tindakan AS untuk mencegah bentrokan militer berbahaya.

Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement