Rabu 11 Oct 2017 01:26 WIB

Peretas Korut Diduga Curi Data Perang Militer AS dan Korsel

Rep: Christiyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID SEOUL -- Korea Utara diduga menggunakan peretas untuk mencuri data-data militer AS dan Korea Selatan. Rencana pembunuhan terhadap Kim Jong-un dan persiapan nuklir untuk berkompetisi dengan Korea Utara adalah bagian dari data yang dicuri tersebut.

Menteri Pertahanan Korsel enggan berkomentar mengenai isu ini. Menurut kabar yang beredar, pencurian data terjadi September tahun lalu namun baru terkuak Selasa (10/10). Rhee Cheol-hee, pejabat hukum di Korsel, mengonfirmasi hal tersebut kepada BBC.

Dikutip dari laman Foxnews, peretas telah mencuri data sebesar 235 gigabite milik militer. Sekitar 80 persen data belum dapat diidentifikasi.

BBC melaporkan, Korut menyangkal tuduhan pencurian dokumen. Negara ini baru saja merayakan ulang tahun Partai Buruh pada Selasa kemarin dan uji coba nuklir pertama di Pyongyang, Senin.

"Saya tegaskan bahwa AS percaya diri dengan rencana operasi keamanan dan kemampuan negara dalam merespons segala bentuk reaksi dari Korut," kata juru bicara militer Pentagon Rob Manning. Namun ketika ditanya mengenai peretasan data militer, Manning memilih bungkam.

Mei lalu, Korsel mengumumkan telah terjadi pencurian data besar-besaran yang diduga dikoordinir oleh rezim Kim Jong Un. Pada bulan yang sama, penukaran matauang virtual kriptoYapizon di Korsel melaporkan sebanyak 3.816 bitcoin diambil pada 22 April.

Yapizon tak menyebut siapa yang melakukan transaksi ini. Perusahaan sekuritas FireEye menduga pengambilan mata uang virtual ini dilakukan oleh peretas Korut untuk disetorkan kepada Kim Jong-un.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement