Senin 16 Oct 2017 18:55 WIB

Hengkang dari UNESCO, Israel Puji Langkah AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP
Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Amerika Serikat (AS) menarik dari lembaga pendidikan dan kebudayaan UNESCO. Terlebih, salah satu pertimbangan keputusan tersebut adalah karena AS menganggap UNESCO memiliki sikap bias anti-Israel.

Netanyahu menilai, UNESCO memang tampak memiliki sentimen terhadap Israel. Hal ini dapat diamati ketika badan tersebut memutuskan Hebron, sebuah kota di Tepi Barat,sebagai warisan dunia milik Palestina pada Juli lalu.

Ia merasa keputusan UNESCO tersebut telah menyisihkan pertautan sejarah bangsa Yahudi dengan situs-situs sucinya yang berada di Hebron. Oleh sebab itu Netanyahu menyambut dengan gembira keputusan AS hengkang dari UNESCO.

"Ini adalah keputusan berani dan bermoral, sebab UNESCO telah menjadi teater yang tidak masuk akal. Alih-alih melestarikan sejarah, mereka justru mendistorsinya," ujar Netanyahu, seperti dikutip laman the Guardian.

Ia menyatakan terima kasihnya kepada AS dan menegaskan siap mengikuti jejak NegeriPaman Sam tersebut. "Saya menyambut keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari UNESCO. Saya telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri(Israel) untuk mempersiapkan penarikan Israel dari UNESCO secara paralel dengan AS," ungkapnya.

Keputusan kedua negara untuk mundur dari keanggotaan UNESCO disambut pula oleh The American Israel Public Affairs Committee (Aipac), salah satu lembaga lobi terkuat di AS. Aipac menilai, sikap dan keputusan UNESCO jelas telah mengkhianati dan mengingkari misi aslinya. "Dan memilih untuk secara tidak adil mengincar (negara) demokrasi satu-satunya di Timur Tengah, yaitu Israel," kata Aipac dalam pernyataannya, dikutip laman BBC.

Hubungan Israel dengan UNESCO memang tidak harmonis, terutama setelah keputusan badan tersebut terhadap Yerusalem pada 2016 dan Hebron di Tepi Barat pada Juli lalu. Pada Oktober 2016, Komite Warisan Dunia UNESCO setuju untuk mempertahankan wilayah yang berdinding di Yerusalem, tempat situs-situs suci umat Muslim, Kristen, dan Yahudi dalam daftar warisan dunia yang terancam punah.

Kendati demikian, dalam resolusi tahun lalu, UNESCO menyesalkan tindakan Israel karena dianggap mempersulit para ahli komite warisan dunia untuk mengakses situs-situsdi Yerusalem. UNESCO pun mengkritik proyek infrastruktur Israel di daerah tersebut.

"Dengan sangat menyesalkan kegagalan Israel, sebagai penguasa pendudukan, untuk menghentikan penggalian dan pekerjaan yang terus menerus di Yerusalem Timur, khususnya di dalam dan di sekitar Kota Tua (Yerusalem). Dan mengulangi permintaan kepada Israel untuk melarang semua pekerjaan semacam itu sesuai kewajibannya berdasarkan ketentuan konvensi, keputusan, dan resolusi UNESCO yang relevan," kata UNESCO dalam salah satu poin resolusinya.

Selain itu, dalam resolusinya UNESCO mengecam Israel yang dianggap mengekang kebebasan umat Muslim di Yerusalem yang hendak beribadah di Masjid Al Aqsha. Termasuk tindakan provokatif negara Zionis terhadap situs tersuci ketiga umat Islam tersebut. "Mendesak Israel, sebagai penguasa pendudukan, untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan yang provokatif yang melanggar kesucian dan integritas dari Masjid Al Aqsha," ujar UNESCO.

"Mengecam agresi Israel yang terus berlanjut melawan warga sipil, termasuk tokoh agama dan imam Islam. Selanjutnya mengutuk keras masuknya berbagai pegawai Israel ke berbagai masjid dan bangunan bersejarah di Al-Haram Al-Sharif serta penangkapan terhadap jamaah Muslim yang terluka," kata UNESCO.

Dari 42 poin resolusi yang diterbitkan UNESCO pada Oktober 2016, hampir seluruhnya mengkritik dan mengecam tindakan Israel. UNESCO menilai segala tindakan Israeldi Yerusalem, membawa dampak buruk, tidak hanya bagi eksistensi situs-situs suci, tapi juga untuk perdamaian dan keharmonisan kehidupan masyarakat di sana.

Setelah resolusi Yerusalem diterbitkan, Israel segera menarik duta besarnya untuk UNESCO. Mereka merasa resolusi tersebut tak adil dan telah sangat menyudutkannya. Tahun ini, setelah keputusan UNESCO terhadap Hebron, Israel membuntuti jejak AS untuk hengkang dari badan pendidikan dan kebudayaan dunia tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement