Sabtu 14 Oct 2017 08:47 WIB

Cabut Dukungan Kesepakatan Nuklir Iran, Netanyahu Puji Trump

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Sebuah foto yang mengilustrasikan peluncuran misil militer Iran di kota Bushehr, pada akhir Desember 2016. Pemerintah AS baru saja menjatuhkan sanksi kepada Iran atas dugaan kepemilikan misil yang bisa membawa senjata nuklir.
Foto: Amir Kholousi, ISNA via AP
Sebuah foto yang mengilustrasikan peluncuran misil militer Iran di kota Bushehr, pada akhir Desember 2016. Pemerintah AS baru saja menjatuhkan sanksi kepada Iran atas dugaan kepemilikan misil yang bisa membawa senjata nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Jumat (13/10), memuji keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mencabut dukungannya terhadap kesepakatan nuklir Iran. Menurutnya keputusan Trump menjadi kesempatan untuk merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada 2015 tersebut.

"Saya mengucapkan selamat kepada Presiden Trump atas keputusannya yang berani hari ini. Dia dengan berani menghadapi rezim teroris Iran," kata Netanyahu, seperti dilaporkan laman The Jerusalem Post.

Netanyahu mengatakan, keputusan Trump telah membuka kesempatan untuk mengubah atau merevisi kesepakatan nuklir Iran. "Jika kesepakatan Iran tak diubah, satu hal yang pasti, dalam beberapa tahun mendatang, rezim teroris terdepan di dunia akan memiliki gudang senjata nuklir dan itu sangat berbahaya bagi masa depan kolektif kita," ujarnya.

Oleh sebab itu, Israel, kata Netanyahu, mendukung keputusan Trump dan mendorong agar kesepakatan nuklir Iran diubah. "Setiap orang yang peduli pada perdamaian dan keamanan dunia, harus melakukannya juga," ucap Netanyahu.

Pada September lalu, Netanyahu telah menyatakan ketidakpuasannya terhadap kesepakatan nuklir Iran. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, ia mengatakan bahwa kesepakatan tersebut buruk. "Perbaiki atau tiadakan. Ubah atau batalkan," kata Neyanyahu kala itu merujuk pada kesepakatan nuklir Iran.

Trump, pada Jumat (13/10), menolak untuk terus melanjutkan kesepakatan nuklir Iran. Trump menuding Iran telah melanggar kesepakatan tersebut dengan mengembangkan senjata nuklir berbahaya. Selain itu, ia menyebut Teheran telah mensponsori gerakan terorisme.

"Kami tidak akan menyusuri jalan yang telah diperkirakan kesimpulannya yakni lebih banyak kekerasan, lebih banyak teror; dan ancaman nyata pelarian nuklir Iran," ujar Trump.

Dengan keputusan Trump tersebut, Kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan membatalkan kesepakatan nuklir dengan menjatuhkan sanksi kepada Iran. "Jika kita tidak bisa mencapai solusi dengan Kongres dan sekutu kita, maka kesepakatan akan dihentikan. Ini sedang dalam peninjauan terus menerus dan partisipasi kita (dalam kesepakatan nuklir) bisa dibatalkan oleh saya, sebagai presiden, kapan saja," ujar Trump.

Kesepakatan nuklir Iran adalah sebuah kesepakatan antara lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, ditambah Jerman dan Uni Eropa dengan Iran. Kesepakatan ini ditandatangani pada Oktober 2015 dan dilaksanakan pada awal 2016.

Kesepakatan ini tercapai melalui negosiasi panjang dan alot. Tujuan dari kesepakatan ini adalah satu, yakni memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran hanya terbatas pada kepentingan sipil dan bukan untuk keperluan militer. Imbalannya adalah sanksi dan embargo ekonomi terhadap Teheran akan dicabut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement