Jumat 20 Oct 2017 22:33 WIB

Menlu Rusia: Rusaknya Kesepakatan Nuklir Iran Berbahaya

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Instalasi Nuklir Iran
Foto: AP
Instalasi Nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan, rusaknya perjanjian nuklir Iran yang disusun pada 2015 lalu akan membahayakan keamanan global. Sergey menambahkan, terlebih usai meningkatnya tensi di Semenanjung Korea dan ancaman nuklir Korea Utara (Korut).

Dia mengatakan, mengembalikan sanksi PBB kepada Iran merupakan hal yang tidak memungkinkan. Sanksi dimaksud yakni penyelidikan keuangan yang lebih ketat dan embargo senjata lebih luas serta sanksi ekonomi.

"Badan Energi Atom Internasional (IAEA) secara reguler memeriksa dan mengonfirmasi pemenuhan kewajiban Iran yang ketat," kata Sergey Lavrov seperti diwartakan RT, Kamis (20/10).

Seperti diketahui, kesepakan tersebut merupakan salah satu keberhasilan dunia internasional dalam beberapa tahun terakhir. Mengakhiri kesepakatan itu dikahwatirkan akan merugikan upaya diplomatik dengan Iran terkait program nuklir mereka.

Kesepakatan nuklir ini dicapai antara Iran dan kelompok negara berpengaruh yang disebut P5+1, terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia. Pakta itu memaksa Iran harus memangkas jumlah sentrifugal dan membongkar reaktor air berat di dekat kota Arak, keduanya dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

Seorang pejabat tinggi Rusia berpendapat, perubahan terkait pakta tersebut membutuhkan persetujuan dari semua anggota yang menandatangani perjanjian, termasuk Iran. Dia menambahkan, upaya untuk memecah kesepakatan dapat menggangu stabilitas strategis dan non-proliferasi nuklir.

Sebelumnya, Donald Trump yang menarik dukungannya dan menolak untuk melanjutkan kesepakatan nuklir yang dicapai pada 2015 lalu. Trump menuduh Iran telah melanggar kesepakatan dengan mengembangkan senjata nuklir berbahaya dan menjadi sponsor gerakan terorisme.

Trump memberikan waktu 60 hari kepada kongres untuk memutuskan apakah akan kembali sanksi ekonomi kepada Iran atau sebaliknya. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pihaknya akan menghormati kesepakatan jika negara-negara lain juga berpikiran serupa.

Sebaliknya, Khamenei menegaskan, Iran tidak akan menghormati perjanjian tersebut jika Amerika tidak melakukan hal yang sama. Khamenei menyambut baik dukungan yang diberikan Uni Eropa. Kendati, dia mendesak mereka untuk mengambil tindakan tegas terkait langkah yang diambil Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement