Sabtu 21 Oct 2017 12:12 WIB

Dino Patti Ungkap Faktor Pendukung Kesuksesan 50 Tahun ASEAN

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Reiny Dwinanda
Dino Patti Djalal
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Dino Patti Djalal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Patti Djalal mengatakan keadaan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sekarang telah jauh sangat berbeda dengan keadaan lima dekade lalu.

"Ada perang, genosida, empat juta orang mati dalam peperangan di era '60-'70an. Ada rasa ketidakpercayaan, rasa curiga satu sama lain," kata Dino, dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP), di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (21/10).

Ia menuturkan, setelah mengalami berbagai tantangan selama 50 tahun, ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967 telah berkembang lebih baik.

Bahkan, banyak pihak yang mengatakan bahwa ASEAN adalah sebuah 'keajaiban', karena di wilayah negara-negara Asia Tenggara ini, perdamaian dapat menggantikan peperangan.

Dino juga mengungkap 'resep rahasia' ASEAN yang telah menjadi salah satu organisasi regional paling sukses di dunia. ASEAN yang pada awalnya didirikan oleh lima negara, saat ini telah maju bersama dengan 10 negara anggota.

"Resep rahasia pertama adalah adanya persamaan (equality). Kita berdiri sama tinggi. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah," ungkapnya.

Selain itu, ASEAN juga memiliki pragmatisme, meskipun negara-negara anggotanya memiliki banyak model pemerintahan, tetapi seluruhnya tetap akan bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan. 

Di samping itu, ada kepercayaan (trust) yang terus tumbuh dan mengikat ASEAN di tengah banyaknya tantangan.

"Selanjutnya ada kepemimpinan (leadership). ASEAN diciptakan oleh pemimpin-pemimpin top nasional, yang kemudian membuat organisasi ini sebagai proritas utama. Mereka mengembangkan visi-visi untuk wilayah ini," jelas Dino.

Lalu bagaimana ASEAN dalam 50 tahun ke depan? 

Menurut Dino, negara-negara Asia Tenggara tidak seharusnya memiliki kepercayaan diri berlebih atas kesuksesan ASEAN, yang justru dapat membuat organisasi ini kehilangan arah.

Ia mengatakan, negara-negara ASEAN membutuhkan koherensi, dengan mempererat hubungan satu sama lain. ASEAN tetap harus selalu menjadi prioritas utama dalam slogan ASEAN First.

Selain itu, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan ASEAN ke masyarakat, karena di Indonesia saja hanya satu persen masyarakat yang mengetahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Kita dapat memiliki tidak hanya diplomasi bebas aktif, tapi juga bebas aktif kreatif," tutur dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement