Senin 23 Oct 2017 12:13 WIB

Ingin Serang Masjid, 8 Warga Prancis Didakwa Pasal Teroris

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang polisi Prancis berjaga-jaga di sebuah masjid di Prancis. (ilustrasi)
Foto: EPA/Etienne Laurent
Seorang polisi Prancis berjaga-jaga di sebuah masjid di Prancis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Jaksa Penuntut di Paris mengatakan, sedikitnya delapan orang, termasuk tiga anak di bawah umur, telah didakwa di Prancis dengan dakwaan konspirasi teroris. Sasaran aksi terorisme mereka adalah masjid, orang-orang keturunan Afrika Utara dan politisi. "Para terdakwa berusia antara 17 dan 29 tahun, memiliki rencana untuk melakukan tindakan kekerasan," kata Kantor Jaksa Paris.

Seperti dilansir RT, Ahad, (22/10), para ekstremis, yang ditangkap  dituduh memiliki hubungan dengan Logan Alexandre Nisin, seorang aktivis ekstrem kanan yang ditangkap di dekat kota Marseille pada Juni lalu. Dia juga mantan anggota organisasi ekstrem kanan Action Francaise Provence yang berbasis di Marseille.

Pihak berwenang Prancis menemukan bahwa Nisin yang berusia 21 tahun itu menjalankan sebuah halaman Facebook yang memuliakan teroris neo-Nazi Anders Breivik, yang membunuh 77 orang dan melukai 300 orang di Norwegia pada tahun 2011. Ibu Nisin adalah salah satu dari mereka yang ditangkap pada Selasa. Namun, dia kemudian dilepas.

Terdakwa adalah bagian dari kelompok Nisin yang dijuluki Secret Army Organization, atau OAS dengan akronim Prancisnya. Organisasi tersebut merujuk pada kelompok paramiliter ekstremis Perancis selama perang Aljazair tahun 1954-62. Anggotanya berulang kali melakukan serangan untuk mencegah kemerdekaan Aljazair.

"Masjid, orang-orang keturunan Afrika Utara atau orang kulit hitam, dan aktivis anti-fasis, termasuk di antara target mereka," kata seorang sumber dalam penyelidikan polisi, seperti yang dikutip oleh media Prancis.

Kelompok tersebut juga dilaporkan berencana untuk menargetkan politisi, termasuk juru bicara pemerintah Prancis Christophe Castaner dan mantan kandidat presiden Jean-Luc Mlenchon."Organisasi tersebut merencanakan pembelian senjata dan pelatihan paramiliter. Beberapa sudah terlatih dalam menembak, " ujar sumber tersebut.

Pengacara Nisin Eric Bourlion mengatakan,  apa yang direncanakan Nisin lebih merupakan provokasi daripada serangan nyata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement