Kamis 02 Nov 2017 19:44 WIB

Khamenei: AS Musuh Utama Iran

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
 Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: AP
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut Amerika Serikat merupakan musuh utama mereka. Pernyataan Khamenei itu diungkakan terkait perjanjian nuklir Iran pada 2015 lalu.

"Permasalahan Amerika adalah dengan bangsa Iran, sebabnya mereka adalah musuh utama. Kami tidak akan pernah menerima intimidasi mereka atas kesepakatan nuklir," tegas Khamenei seperti diwartakan Reuters (2/11).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil keputusan berbeda terhadap keputusan sertifikasi nuklir Iran. Trump menuduh Iran telah melanggar kesepakatan dengan mengembangkan senjata nuklir berbahaya dan menjadi sponsor gerakan terorisme.

Perjanjian 2015 ditujukan untuk mengurangi program nuklir Iran yang ditakutkan ditujukan untuk membangun senjata. Kesepakatan itu membuat sejumlah sanksi terhadap Iran dicabut. Trump memberikan waktu 60 hari kepada kongres untuk memutuskan apakah akan kembali sanksi ekonomi kepada Iran atau sebaliknya.

kesepakatan nuklir Iran adalah sebuah kesepakatan antara lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, ditambah Jerman dan Uni Eropa dengan Iran. Kesepakatan ini tercapai melalui negosiasi panjang dan alot.

Sebelulmnya, pemerintah Uni Eropa menegaskan komitmen mereka terhadap kesepakatan nuklir Iran. Mereka menilai kesepakatan tersebut merupakan kepentingan keamanan regional dan global.

Uni Eropa melihat kesepakan tersebut merupakan salah satu keberhasilan dunia internasional dalam beberapa tahun terakhir. Mengakhiri kesepakatan itu dikhawatirkan akan merugikan upaya diplomatik dengan Iran terkait program nuklir mereka di tengah meningkatnya ancaman nuklir Korea Utara.

Sementara, Khamenei terus mengecam AS secara publik sejak kesepakatan nuklir itu tercapai pada 2015. Dia menyatakan permusuhan Iran dengan AS tidak akan berubah. Sejak revolusi Iran 1979, terutama setelah 52 warga AS disandera mahasiswa Iran selama 444 hari, kedua negara memutuskan hubungan diplomatik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement