Senin 06 Nov 2017 01:28 WIB

Australia Tolak Tawaran Mukimkan Pengungsi Pulau Manus

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Pengungsi di detensi imigrasi Pulau Manus mengaku khawatir dengan keamanan mereka setelah detensi itu resmi ditutup.
Foto: ABC
Pengungsi di detensi imigrasi Pulau Manus mengaku khawatir dengan keamanan mereka setelah detensi itu resmi ditutup.

REPUBLIKA.CO.ID,CANBERRA -- Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull menolak tawaran Selandia Baru untuk memukimkan beberapa pengungsi dari pusat penahanan Pulau Manus di Papua Nugini. Turnbull mengatakan saat ini dia tidak akan menerima tawaran yang diajukan oleh PM Selandia Baru Jacinda Ardern.

Kedua pemimpin ini telah mengadakan pertemuan di Sydney pada Minggu (5/11). Ardern menuturkan, dia tidak dapat mengabaikan isu kemanusiaan dari apa yang sedang dihadapi oleh Australia. "Saya pikir orang yang melihat situasi seperti itu akan melihat isu kemanusiaan. Selandia Baru berada dalam posisi beruntung karena tidak harus mengalaminya, tapi Australia mengalaminya," kata Ardern.

Dengan kebijakan yang kontroversial, Australia menolak untuk menerima pencari suaka yang mencoba mencapai wilayahnya secara tidak resmi dengan kapal laut. Mereka kemudian ditempatkan di kamp-kamp penahanan di Pulau Manus, Papua Nugini, dan di pulau Nauru, Pasifik.

Sekitar 600 pencari suaka menolak meninggalkan pusat penahanan yang telah dinyatakan ditutup itu, karena mereka takut mendapat serangan dari penduduk setempat. Selandia Baru pada awalnya mengatakan akan membawa sekitar 150 pencari suaka pada 2013, namun tawaran tersebut telah berulang kali ditolak oleh Canberra.

Wartawan BBC Phil Mercer di Sydney mengatakan Turnbull ingin sekali merealisasikan kesepakatan yang dicapai tahun lalu dengan AS. AS setuju untuk memukimkan kembali ratusan migran dari kamp-kamp di lepas pantai Australia.

Australia menutup pusat penahanan Pulau Manus pada Selasa (31/10), setelah pengadilan Papua Nugini menyatakan pusat tersebut ilegal. Orang-orang, yang sebagian besar memiliki status sebagai pengungsi, telah kehilangan akses terhadap air bersih, listrik dan toilet di sana.

Persediaan makanan mereka juga semakin berkurang. Mereka mulai menggali tanah untuk mencari air dan menyiapkan wadah untuk mengumpulkan air hujan.

Badan pengungsi PBB mengatakan beberapa akomodasi alternatif yang dialokasikan untuk para pengungsi belum siap diberikan. Sejumlah kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan, orang-orang tersebut memiliki ketakutan atas keselamatan mereka, karena serangan terhadap pencari suaka telah banyak terjadi di masa lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement