Senin 06 Nov 2017 20:00 WIB

40 Turis Cina Dirampok di Paris

Wisatawan berfoto di pelantaran Trocadero dengan latar pemandangan Menara Eiffel saat hujan mengguyur Paris, Prancis, pada 30 Mei 2016.
Foto: Reuters/Charles Platiau
Wisatawan berfoto di pelantaran Trocadero dengan latar pemandangan Menara Eiffel saat hujan mengguyur Paris, Prancis, pada 30 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina pada Senin (6/11) mendesak Prancis memberlakukan kebijakan perlindungan warga negara asing, yang lebih efektif, sesudah 40 pelancong asal Cina dirampok di Paris dengan menggunakan gas air mata.

Serangan terhadap wisatawan asal Cina, Jepang, dan Korea sering terjadi di ibu kota Prancis tersebut. Pelaku cenderung meyakini wisatawan itu membawa banyak uang dan barang mahal.

Pada Kamis (2/11), empat pria menyerang sekelompok wisatawan Cina di tempat parkir hotel Val-de-Marne, kawasan pinggiran Paris tenggara, yang mereka tinggali. Para wisatawan itu baru saja pulang dari lawatan dalam kota, kata kantor berita Xinhua mengutip media Prancis.

Pelaku berhasil mendapatkan sembilan tas, yang dipercaya penuh barang mahal, kata Xinhua pada Minggu.

Kedutaan Cina di Prancis sudah menghubungi kepolisian setempat dan meminta untuk segera "menyelesaikan kasus tersebut", kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, dalam konferensi pers, sambil menambahkan bahwa warganya harus waspada dengan situasi keamanan Prancis.

"Kami akan mendesak kepolisian Prancis untuk menyelesaikan kasus ini dengan segera dan menghukum para pelaku. Kami juga mendesak mereka untuk memberlakukan kebijakan yang lebih efektif untuk melindungi warga negara China di Prancis," kata Hua.

Dia menambahkan bahwa kelompok wisatawan itu sudah kembali ke Cina dan perkaranya masih diselidiki. Pada 27 Agustus 2016, sejumlah turis Cina juga diserang oleh enam orang pria di sebuah bus yang hendak menuju bandar udara Charles de Gaulle di Paris.

Paris pada tahun ini diperkirakan menerima kunjungan wisatawan dengan jumlah rekor terbesar, kata badan pariwisata kota setempat pada Agustus. Para turus seperti sudah melupakan serangan teror pada November 2015 yang menewaskan 130 orang.

Wisatawan asal Cina telah membelanjakan 260 miliar dolar AS pada tahun lalu, sehingga menjadikan mereka sebagai target demografi utama bagi para penjual dan hotel di seluruh dunia.

Namun, pertumbuhan wisatawan ke luar Cina terus melambat. Beberapa hal, seperti, semakin tidak amannya Eropa, tidak stabilnya semenanjung Korea, dan ketidakpastian politik di Amerika Serikat membuat warga Cina lebih memilih perjalanan dalam negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement