Ahad 12 Nov 2017 14:19 WIB

Soal Hariri, Lebanon Minta Penjelasan Arab Saudi

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus Yulianto
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).
Foto: SPA
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun meminta jawaban Arab Saudi terkait situai Mantan Perdana Menteri Saad Hariri. Lebanon menuduh Hariri dijadikan tahanan rumah di Riyadh dan dipaksa untuk melakukan penawaran.

"Ketidakjelasan seputar kondisi Perdana Menteri Saad Hariri sejak pengunduran dirinya sepekan lalu menunjukan keputusan yang dia ambil saat itu tidak mencerminkan kebenaran," kata Michel Aoun seperti diwartakan BBC, Ahad (12/11).

Michel Aoun hingga saat ini masih belum menerima pengunduran diri yang dilakukan Saad Hariri. Dia menuntut penjelasan terkait mundurnya Hariri harus diterangkan secara rinci.

Saad Hariri mengundurkan diri pada Sabtu (4/11) lalu saat berkunjung ke Arab Saudi. Sejak saat itu, Hariri belum lagi muncul ke publik.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah menuding Arab Saudi menahan Saad Hariri karena melawan keinginan mereka. Nasrallah mengatakan, bahwa Arab Saudi mencoba untuk memprovokasi pertempuran di antara orang Lebanon

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson memperingatkan, agar Hizbullah dan Arab Saudi tidak menggunakan Lebanon sebagai medan konflik proxy. Tillerson mendesak, semua pihak baik di Lebanon maupun di luar negeri untuk menghormati integritas dan independensi Pemerintah Lebanon yang sah.

"Amerika Serikat mendukung stabilitas Lebanon dan menentang tindakan yang dapat mengancam stabilitas tersebut," kata Rex Tillerson.

Konflik antara Saudi dan Lebanon juga menjadi perhatian Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dia menekankan, pentingnya stabilitas di Lebanon kepada pemerintah Arab Saudi. Prancis memiliki hubungan erat dengan Lebanon.

Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres mengimbau, konflik yang terjadi di Lebanon akan memiliki dampak yang signifikan.

Sementara, pemerintah Arab Saudi telah memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Hal itu dilakukan usai melihat situasi terkini konflik kedua negara tersebut.

"Kerajaan meminta warganya yang berkunjung atau tinggal di sana untuk segera pergi," ujar seorang sumber di Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Tidak lama setelah itu, Kuwait, Bahrain, dan Uni Emirat Arab juga mengeluarkan perintah serupa. Perlu diketahui, ketiganya merupakan sekutu Arab Saudi.

Seperti diektahui, ketegangan antara Arab Saudi dna Lebanon tejadi usai pengunduran Saad Hariri. Pengunduran diri itu dilakukan lantaran Hariri merasa terancam. Dia menuduh Iran dan Hezbollah telah mengambil alih Lebanon dan menghancurkan stabilisasi negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement