Selasa 14 Nov 2017 07:35 WIB

Kabut Asap Beracun di India Menebal 10 Kali Lipat

Kabut asap mencapai tingkat berbahaya di New Delhi, India, Rabu (8/11).
Foto: AP Photo/Manish Swarup
Kabut asap mencapai tingkat berbahaya di New Delhi, India, Rabu (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kabut asap beracun menebal sepuluh kali lipat dari batas ketentuan, menyelimuti ibu kota India, New Delhi, pada Senin (13/11). Pengukuran dari kedutaan Amerika Serikat menunjukkan tingkat zarah udara beracun, yang dikenal sebagai PM 2,5, mencapai 498 pada Senin sore, sementara batas udara bermutu baik adalah 50.

Kantor cuaca India mengatakan bahwa hujan diperkirakan berlangsung dalam tiga hari ke depan, yang dapat membantu membersihkan kabut asap tersebut. "Curah hujan ringan kemungkinan terjadi di negara bagian sekitar Delhi dan di Delhi dalam tiga hari ke depan dan itu dapat mengakibatkan perubahan pola angin di wilayah ini," kata Charan Singh, ilmuwan di Departemen Meteorologi India.

Namun, Skymet, badan peramal cuaca swasta India, mengatakan asap tebal akan berlanjut di Delhi dan sekitarnya, setidaknya selama dua hari ke depan.  Mahkamah Agung akan mendengar sebuah petisi yang diajukan oleh seorang pengacara New Delhi untuk memerintahkan pejabat pemerintah mengatasi polusi udara yang tidak dapat ditoleransi dan tak tertahankan.

Pemerintah negara bagian di Delhi mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat pekan lalu setelah tingkat polusi melonjak, fenomena tahunan yang diakibatkan kombinasi dari pembakaran tanaman ilegal di negara bagian utara, knalpot kendaraan dan debu.

Selama akhir pekan, pihak berwenang mulai menggunakan truk pemadam kebakaran untuk menyiram air di beberapa bagian ibu kota untuk menjaga debu dan partikel udara lainnya turun, namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh. Seorang pejabat senior pemerintah federal mengatakan ada hal lain lagi yang bisa mengatasinya.

"Kita hanya bisa melakukan sebatas ini, dan sekarang kita harus menunggu hujan untuk membersihkan atmosfer," ujar Prashant Gargava, pejabat di Dewan Pengawas Polusi Pusat.

Gargava, yang bertugas memantau mutu udara, mengatakan bahwa udara di Delhi secara tetap berada di daerah berbahaya, meskipun ada langkah, seperti, penghentian pembangunan dan kenaikan biaya parkir empat kali lipat untuk mendorong orang menggunakan pengangkutan umum.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement