Rabu 15 Nov 2017 05:23 WIB

'Orang-Orang Ini akan Mati karena Kedinginan'

Warga Kota Sare Pole-Zahab propinsi Kermanshah melintasi reruntuhan bangunan yang rusak akibat gempa. Selasa (14/11).
Foto: ABEDIN TAHERKENAREH/EPA
Warga Kota Sare Pole-Zahab propinsi Kermanshah melintasi reruntuhan bangunan yang rusak akibat gempa. Selasa (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Marniati, Fira Nursya'bani

Puluhan ribu warga Iran yang menjadi korban gempa bumi menghabiskan malam kedua pascagempa di ruangan terbuka sejak Senin (13/11) malam. Para korban rela menerjang suhu dingin untuk mencari tempat perlindungan dengan meninggalkan rumah mereka.

Seorang wanita muda di Sarpol-e Zahab, salah satu kota yang paling parah terkena bencana, mengatakan keluarganya merasa kedinginan karena kurangnya tenda. "Ini adalah malam yang sangat dingin. Kami butuh bantuan. Kita butuh segalanya. Pihak berwenang harus mempercepat bantuan mereka," katanya kepada //Reuters//, kemarin.

Menurut pihak berwenang Iran, lebih dari 30 ribu rumah di daerah tersebut rusak dan setidaknya dua desa hancur total. Rumah-rumah di desa-desa yang terdampak di Iran sering terbuat dari balok beton atau bata yang bisa runtuh akibat gempa yang kuat.

Baca Juga: Grafis Gempa yang Mengoyak Perbatasan Iran-Irak

"Lebih banyak orang akan mati karena kedinginan. Keluargaku tinggal di sebuah desa dekat Sarpol-e Zahab. Aku bahkan tidak bisa pergi ke sana. Saya tidak tahu apakah mereka meninggal atau hidup," kata Rojan Meshkat (38 tahun) di Kota Kurdi Sanandaj.

Koran Pemerintah Iran mengunggah video yang menunjukkan warga Sarpol-e Zahab, mengeluhkan bantuan yang tak kunjung datang. Hingga kemarin belum ada bantuan makanan dan air bersih, tak ada sumbangan pakaian, serta tak ada tenda-tenda.

“Kami tidur di luar sejak kemarin malam. Ini kondisi rumah kami. Listrik, air bersih, gas, jaringan telepon, semuanya padam. Seluruh kota hancur, ini kehancuran,” kata Rojan sembari berdiri di sela puing-puing.

Gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter (SR) melanda perbatasan Iran-Irak dan menewaskan sedikitnya 450 orang pada Ahad (12/11) malam. Sedikitnya 450 orang telah kehilangan nyawa dan 7.156 orang lagi cedera akibat gempa tersebut.

United States Geological Survey (USGS) melansir, pusat gempa berada sekitar 32 kilometer di sebelah selatan Kota Halabja di daerah pegunungan terpencil di Irak Timur, sekitar 200 kilometer di sebelah timur-laut Ibu Kota Irak, Baghdad, dan 400 kilometer di Teheran.

Gempa bumi itu mengguncang daerah tersebut pada Ahad, sekitar pukul 21.18 waktu setempat (Senin, 07.18 WIB), ketika kebanyakan orang diduga telah berada di rumah. Sedikitnya 14 provinsi di Iran telah dipengaruhi oleh gempa bumi tersebut, termasuk Teheran. Daerah yang paling parah diguncang gempa di Iran adalah Kabupaten Qasr-e Shirin dan Sarpol-e Zahab di Provinsi Kermanshah, sekitar 20 kilometer dari perbatasan.

Pihak berwenang Provinsi Kermanshah di Iran dan wilayah Kurdi di Irak masih mencoba menyalurkan bantuan ke zona gempa. Pada Selasa (14/11), Iran telah mengumumkan hari berkabung nasional. Para pejabat menguraikan prioritas bantuan yang paling mendesak dan menggambarkan tingkat kerusakan yang cukup parah di beberapa daerah.

"Kebutuhan mendesak masyarakat adalah tenda, air, dan makanan," kata pimpinan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, dikutip //Arab News//, kemarin.

"Bangunan-bangunan baru dapat diangkat dengan mudah, tapi rumah-rumah tua telah hancur total," katanya saat berkunjung ke wilayah yang terkena dampak.

Jumlah korban meninggal di Iran mencapai 450 orang dan 7.000 lainnya terluka. Sementara di wilayah Irak yang berpenduduk lebih jarang, kementerian kesehatan setempat mengatakan delapan orang telah tewas dan beberapa ratus lainnya terluka.

Organisasi media asing belum diizinkan untuk mengunjungi lokasi bencana tersebut. Kantor berita resmi //IRNA// mengatakan, 30 tim Bulan Sabit Merah telah dikirim ke daerah itu. Para pejabat mengatakan, mereka telah mendirikan tempat bantuan untuk pengungsi. Sebanyak 22 ribu tenda, 52 ribu selimut, dan satu ton makanan serta air telah didistribusikan.

Ratusan ambulans dan puluhan helikopter militer dilaporkan juga telah bergabung dalam upaya penyelamatan. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan pemerintah dan angkatan bersenjata untuk mengerahkan semua kemampuan mereka.

Pada Senin (13/11) malam, para pejabat mengatakan semua jalan di Provinsi Kermanshah telah dibuka kembali. Namun, kota yang paling parah terkena dampak, Sar-e Pol-e Zahab, dilaporkan gelap gulita tanpa arus listrik. Sedikitnya 280 orang tewas di kota tersebut, yang menampung sekitar 85 ribu penduduk.

Beberapa desa hancur total di Kabupaten Dalahoo. Lima monumen bersejarah di Kermanshah mengalami kerusakan ringan, tapi prasasti Behistun berusia 2.700 tahun yang terdaftar di UNESCO tidak terpengaruh.

Sementara itu, Iran mengakhiri operasi penyelamatan di daerah yang dilanda gempa bumi yang menewaskan sedikitnya 450 orang dan melukai ribuan lainnya. "Operasi penyelamatan di Provinsi Kermanshah (barat) telah berakhir," ujar Kepala Dinas Kesehatan Darurat Iran, Pir-Hossein Kolivand kepada televisi pemerintah.

Menurut pejabat Iran, kemungkinan menemukan para penyintas sangat rendah. Televisi pemerintah mengatakan ribuan orang berkerumun di pengungsian sementara. Warga juga banyak menghabiskan malam di tempat terbuka karena takut gempa susulan.

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan belasungkawa pada Senin dan meminta instansi pemerintah untuk segera membantu korban yang terkena dampak.

Polisi Iran, Garda Revolusi elit dan pasukan milisi Basij yang berafiliasi dengannya dikirim ke daerah-daerah yang terkena dampak pada Ahad malam. Bulan Sabit Merah Iran mengatakan, tempat penampungan darurat telah diberikan kepada ribuan tunawisma, tapi kekurangan air dan listrik serta jalan yang terblokir di beberapa daerah menghambat usaha pasokan bantuan.

Pihak berwenang setempat mengatakan, kekacauan lalu lintas di jalan-jalan disebabkan oleh orang-orang dari provinsi-provinsi terdekat yang datang membantu evakuasi sehingga menghambat arus bantuan ke daerah-daerah yang dilanda gempa.

"Orang-orang di beberapa desa masih sangat membutuhkan makanan, air, dan tempat tinggal," kata Gubernur Qasr-e Shirin Faramarz Akbari.

Iran diliputi oleh garis sesar utama dan telah mengalami beberapa gempa bumi yang menghancurkan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter tahun 2003 yang menewaskan sekitar 31 ribu orang.

Gempa tersebut, yang berpusat di Penjwin di Provinsi Sulaimaniyah Irak di wilayah Kurdistan, menewaskan setidaknya enam orang di Irak dan melukai lebih dari 68 lainnya. Di Distrik Kurdi di Irak utara, tujuh meninggal dan 325 terluka.

(Tulisan ini diolah oleh Fitriyan Zamzami).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement