Selasa 21 Nov 2017 16:08 WIB

Kim Jong-un: Sanksi Internasional Perkuat Semangat Rakyat Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengatakan sanksi yang dijatuhkan terhadap negaranya telah melecut semangat rakyatnya. Menurutnya, sanksi tak akan menghalangi Korut untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.

"Upaya putus asa pasukan musuh untuk menghalangi kemajuan Korutmembuat semangat para pekerja Korut lebih kuat dan membuat mereka menghasilkan keajaiban besar yang mengejutkan dunia," kata Kim Jong-un saat berkunjung ke kompleks Sungri Motor, dilaporkan kantor berita Korut Korean Central NewsAgency (KCNA), Selasa (21/11).

Kim Jong-un tidak secara spesifik menyebut siapa yang dimaksud dengan musuh. Namun dunia internasional telah mengerti, musuh yang dimaksud Kim Jong-un adalah Amerika Serikat (AS). 

Pada Senin (20/11), Presiden AS Donald Trump memasukkan Korut ke dalam daftar negara yang mendukung terorisme. Keputusan tersebut akan memungkinkan AS menjatuhkan sanksi lebih banyak untuk Pyongyang.

"Selain mengancam dunia dengan kerusakan nuklir, Korea Utara telah berulang kali mendukung tindakan terorisme internasional, termasuk pembunuhan di tanah asing," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Trump mengatakan Departemen Keuangan akan mengumumkan sanksi tambahan terhadap Korut pada Selasa (21/11). Pernyataan Trump disampaikan sepekan setelah Trump kembali dari perjalanan ke Asia di mana program nuklir Korut menjadi inti dari diskusi-diskusinya.

Keputusan Trump tersebut disambut baik oleh sekutunya, yakni Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Selain mempererat tekanan terhadap Korut, keputusan Trump dinilai dapat berkontribusi dalam upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Saat ini Korut diketahui tengah berusaha mencapai tujuannya, yakni membangun rudal berhulu ledak nuklir yang mampu mencapai AS. Proyek ini yang memicu krisis di Semenanjung Korea. Proyek ini pula yang mengakibatkan Korut dijatuhkan sanksi bertubi-tubi oleh Dewan Keamanan PBB.

Kendati telah disanksi dan kerap terlibat perang urat syaraf dengan Trump, namun Korut telah bersumpah akan terus melanjutkan proyek rudal nuklirnya. Pyongyang mengklaim pembangunan rudal tersebut adalah untuk melindungi negaranya dari ancaman AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement