Rabu 22 Nov 2017 09:15 WIB

Kerasnya Hidup Tentara Perempuan Korut

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Tentara perempuan Korea Utara.
Foto:

Lee So Yeon, yang bertugas sebagai sersan di unit sinyal yang dekat dengan perbatasan Korea Selatan, akhirnya berhenti jadi tentara pada usia 28. Dia merasa lega memiliki kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, walaupun dia harus berjuang secara finansial.

Pada 2008 dia memutuskan melarikan diri ke Korea Selatan. Pada usaha pertama dia tertangkap di perbatasan Cina dan dikirim ke sebuah kamp penjara selama setahun.

Dalam usaha keduanya, tak lama setelah meninggalkan penjara, dia berenang ke sungai Tumen dan menyeberang ke Cina. Di sana, di perbatasan, dia bertemu dengan seorang broker yang mengatur agar dia pindah melalui Cina ke Korea Selatan.

Juliette Morillot dan Jieun Baek mengatakan kesaksian Lee So Yeon sesuai dengan catatan lain yang telah mereka dengar. Merka memperingatkan pembelot harus diperlakukan dengan hati-hati.

"Ada permintaan pengetahuan yang tinggi dari Korea Utara. Hampir tidak ada kemungkinan orang untuk menceritakan kisah yang berlebihan kepada media. Banyak pembelot yang tidak ingin dikutip di media," kata Baek.

Informasi dari sumber resmi Korea Utara, di sisi lain, dapat dikenalkan sebagai propaganda murni.

Sekitar 70 persen pembelot Korea Utara adalah perempuan, sebuah fakta beberapa terkait dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi di kalangan wanita. Lebih dari separuh pembelot berusia 20 atau 30-an. Ini dikarenakan mereka lebih mudah untuk berenang di sungai dan melakukan perjalanan yang sulit karena usia mudanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement