Kamis 23 Nov 2017 14:52 WIB

Mantan Tahanan Korut Tewas Misterius di Kalifornia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Jenazah (ilustrasi).
Foto: Immortal.org/ca
Jenazah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SAN DIEGO -- Polisi San Diego tengah menyelidiki kematian misterius Aijalon Mahli Gomes (38 tahun), warga negara Amerika yang pernah menjadi tahanan di penjara Korea Utara (Korut).  Delapan tahun lalu, Gomes menjadi perbincangan dunia saat mantan Presiden AS Jimmy Carter menegoisasikan pembebasannya dari Korut.

Gomes ditemukan tewas terbakar di rumahnya di Mission Bay Park, San Diego, Kalifornia, pada Jumat (17/11) malam lalu. Polisi sementara menduga kematiannya disebabkan oleh kecelakaan atau bunuh diri, sampai ada hasil penyelidikan baru.

Gomes diketahui baru saja pindah dari kota asalnya Boston ke daerah San Diego. Kematiannya ini menimbulkan pertanyaan tentang kehidupannya selama di AS sejak dia kembali dari Korut.

Dia ditangkap di Korut setelah masuk ke negara itu melalui perbatasan Cina. Korut memvonisnya delapan tahun kerja paksa pada 2010 dan denda sekitar 600 ribu dolar karena secara ilegal melintasi perbatasannya dengan Cina.

Sebelum ditangkap Korut, Gomes sempat tinggal di Korea Selatan (Korsel) selama sekitar sembilan tahun. Pamannya, Michael Farrow, mengatakan dia tidak mengetahui keadaan keponakannya setelah masuk ke Korut.

"Dia tidak melakukan hal-hal yang ekstrem, mungkin dia baru saja mencoba untuk mengintip dan membantu orang lain dan mengajari mereka, dia punya sifat yang bagus, saya tahu dia punya niat baik," kata Farrow seperti dikutip CNN.

Gomes dibebaskan pada Agustus 2010 setelah Presiden Carter membantu menegosiasikan pembebasannya. Banyak pihak bertanya-tanya, apakah Carter saat itu bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-il.

Baca juga, Ini Video Dramatis Detik-Detik Pembelotan Tentara Korut.

Namun, Carter, yang memiliki sejarah membantu mencairkan hubungan Pyongyang-Washington yang dingin, tidak memberikan komentar setelah perjalanannya ke Korut.

Gomes mendokumentasikan pengalamannya selama di Korut dalam sebuah e-book berjudul Violence and Humanity, yang ia terbitkan sendiri pada 2015. Menurut bukunya itu, Gomes pernah mendapatkan pendidikan di sekolah umum Massachusetts, kemudian melanjutkannya je Bowdoin College di Brunswick, Maine, di Inggris.

Dia sempat menempuh karir di bidang pendidikan di pinggiran Massachusetts sebelum pindah ke Korsel untuk mengajar di sebuah provinsi pedesaan di Seoul. Gomes mengajar bahasa Inggris kepada siswa sekolah menengah selama dua tahun sebelum menyeberang ke Cina.

"Selama sembilan bulan dia ditahan di sebuah penjara terpencil di bawah pengawasan ketat, sementara teman dan keluarganya di Amerika Serikat kesulitan mengetahui kesehatan dan lokasinya karena ketegangan telah memuncak di wilayah tersebut," tulis buku itu.

Gomes tampaknya telah berhenti bekerja di hadapan publik, sejak kembali ke AS. Selama masa itu, dia berupaya untuk memulihkan diri dari luka-luka yang dideritanya saat berada di penjara di Korut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement