Jumat 24 Nov 2017 01:35 WIB

Banglades-Myanmar Sepakati Pemulangan Pengungsi Rohingya

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Bayu Hermawan
 Pengungsi muslim Rohingya bertahan di perbatasan, setelah tentara Bangladesh melarang mereka bergerak menuju kamp pengungsian di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).d
Foto: AP/Dar Yasin
Pengungsi muslim Rohingya bertahan di perbatasan, setelah tentara Bangladesh melarang mereka bergerak menuju kamp pengungsian di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).d

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banglades menandatangani kesepakatan dengan Myanmar mengembalikan ratusan ribu Muslim Rohingya ke Myanmar. Dilansir dari BBC News, Kementerian Luar Negeri Banglades menyatakan Muslim Rohingya dapat mulai kembali dalam waktu dua bulan.

Kedua belah pihak mengatakan tengah memerinci perjanjian itu. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS) menyebut peristiwa yang menimpa Muslim Rohingya merupakan upaya pembersihan etnis.

Kendati demikian, lembaga bantuan kemanusiaan kekhawatiran terhadap upaya pengembalian pengungsi Rohingya ke Myanmar. Kecuali ada jaminan keamanan bagi etnis Rohingya.

Etnis Rohingya adalah kaum minoritas tanpa kewarganegaraan yang lama mengalami penganiayaan di Myanmar. Lebih dari 600 ribu etnis Rohingya melarikan diri ke negara tetangga, Banglades.

Menteri Luar Negeri Banglades Mahmood Ali mengatakan itu penandatanganan kesepakatan merupakan langkah pertama. Pejabat senior Myanmar Myint Kyaing mengatakan kesiapan pemerintah menerima pengungsi Rohingya sesegera mungkin.

Upaya pengembalian pengungsi Rohingya ke Myanmar belum jelas. Begitu pun banyak pengungsi Rohingya takut dikirim kembali ke Myanmar. Pengungsi di Kamp Kutupalong di Bangladesh mengatakan mereka menginginkan jaminan kewarganegaraan dan tanah kembali.

"Kami akan kembali jika mereka tidak mengganggu kami dan jika kami bisa menjalani kehidupan seperti umat Buddha dan etnis minoritas lainnya," kata pengungsi Sayed Hussein.

Sementara Narusha, salah seorang pengungsi mengaku tak bisa percaya pada pemerintah Myanmar. Narusha mengungkapkan, sudah tiga kali melarikan diri atas perlakuan pemerintah Myanmar.

"Pemerintah Myanmar selalu seperti ini," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement