Jumat 24 Nov 2017 11:05 WIB

Mugabe akan Tetap Tinggal di Zimbabwe

Presiden Zimbabwe Robert Mugabe (foto file).
Foto: AP/Tsvangirayi Mukwazhi
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe (foto file).

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Mantan presiden Zimbabwe Robert Mugabe akan tetap tinggal di negara tersebut bersama istrinya, Grace setelah presiden baru mengambil alih. Juru bicaranya, George Charamba mengatakan Mugabe mengaku tidak ingin tinggal di tempat lain.

"Dia warga Zimbabwe. Di mana lagi dia akan tinggal?" kata Charamba, dikutip The New York Times.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Mugabe telah sering mengunjungi Singapura untuk perawatan medis. Beberapa politikus dan diplomat berspekulasi dia akan segera pindah ke sana.

 

Tokoh-tokoh kuat Afrika lainnya, seperti Mobutu Sese Seko dari Zaire, yang sekarang menjadi Republik Demokratik Kongo, terpaksa menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di pengasingan setelah digulingkan dari kekuasaan.

 

Charamba mengatakan Mugabe tidak akan menghadiri upacara pelantikan Emmerson Mnangagwa yang akan menggantikannya pada Jumat (24/11). "Emosi dan perasaannya sedang tinggi. Penting bagi kita untuk tidak mengekspos pria berusia 93 tahun untuk melakukan itu," jelasnya.

 

Komandan militer Zimbabwe telah menempatkan Mugabe dan istrinya sebagai tahanan rumah. Dalam seminggu terakhir, Mugabe telah bertemu dengan sejumlah pejabat militer untuk menegosiasikan masa depannya, bersama dengan Charamba, imam Katolik Roma, dan beberapa individu lainnya yang bertindak sebagai mediator.

 

Menurut Konstitusi, seorang presiden tidak memiliki kekebalan hukum setelah meninggalkan jabatannya. Mugabe diyakini telah mengumpulkan banyak kekayaan di Zimbabwe dan juga di Timur Tengah dan Asia.

 

Charamba mengatakan isu kekebalan hukum tidak muncul saat perundingan. Ia juga menolak berkomentar mengenai topik lain yang sedang dibahas. Juru bicara militer, Kolonel Overson Mugwizi, membantah laporan berita mereka telah menjamin kekebalan hukum terhadap Mugabe.

 

Akan tetapi, hanya ada sedikit pihak yang meminta agar Mugabe ditindak keras. Hal ini mungkin karena Mugabe memiliki peran penting dalam sejarah nasional Zimbabwe, terlebih saat ini ia telah berusia lanjut.

 

Pejabat ZANU-PF bahkan mengatakan Mugabe harus diizinkan beristirahat. Sehari setelah dia mengundurkan diri, surat kabar The Herald, mengeluarkan sebuah artikel dengan judul "ZANU-PF Berikan Penghormatan untuk Mugabe."

 

Saingan lama Mugabe, Morgan Tsvangirai, pemimpin Movement for Democratic Change, juga tidak berminat membalas dendam terhadapnya. Tsvangirai sering menjadi sasaran represi brutal Mugabe terhadap oposisi politiknya.

 

"Tidak, saya kira tidak. Saya pikir terus mengejar orang tua itu akan menjadi hal yang sia-sia. Saya pikir, biarkan dia pergi dan beristirahat di hari-hari terakhirnya," kata Tsvangirai kepada BBC, ketika ditanya apakah Mugabe harus diadili.

 

Mugabe mengundurkan diri pada Selasa (21/11) setelah digulingkan dalam kudeta militer pekan lalu. Ia belum berbicara atau hadir di depan publik sejak secara resmi melepaskan kekuasaannya di pemerintahan Zimbabwe.

 

Mugabe yang telah memimpin Zimbabwe sejak kemerdekaan pada 1980, jatuh dari tampuk kekuasaan setelah memecat wakil presiden Emmerson Mnangagwa. Dengan dukungan militer, Mnangagwa berhasil menggantikan Mugabe sebagai pemimpin partai ZANU-PF yang berkuasa, dan dia akan disumpah sebagai presiden Zimbabwe pada Jumat (24/11).

 

Zambia Bantah Laporan Mugabe Minta Suaka

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement