Sabtu 02 Dec 2017 16:01 WIB

Paus Fransiskus Minta Pemuka Agama Hindari Rumor Terorisme

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Gita Amanda
Paus Francis saat tiba di bandara di Yangon, Myanmar, Senin (27/11).
Foto: L'Osservatore Romano/Pool Photo via AP
Paus Francis saat tiba di bandara di Yangon, Myanmar, Senin (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Paus Fransiskus mengakhiri kunjungan ke Myanmar dan Bangladesh dengan mengunjungi sebuah rumah di Dhaka yang didirikan oleh Bunda Teresa untuk anak yatim, ibu-ibu yang tidak menikah dan orang tua miskin, pada Sabtu (2/12) waktu setempat. Di sana ia menegaskan kepada para pendeta dan biarawati untuk menghindari rumor tentang terorisme yang dilekatkan pada etnis Rohingya.

Bunda Teresa merupakan seoraang biarawati yang memiliki kebiasaan mengenakan pakaian tradisional biru-putih. Ia meninggal pada tahun 1997 dan kemudian dianggap sebagai orang suci pada 2016. Ia memulai misi Misionaris Cinta Kasih untuk melayani yang termiskin dari orang miskin. Lalu membuka rumah untuk merawat wanita-wanita Bengali yang hamil akibat diperkosa oleh tentara Pakistan selama perang kemerdekaan.

Dilansir Reuters, dalam perhelatannya ke Bangladesh Paus Fransiskus memuji negara itu. Bangladesh yang hanya memiliki penduduk beragama Katolik kurang dari satu persen dari sekitar 169 juta jiwa, menurutnya, bisa memiliki hubungan antaragama yang baik.

Kemudian ia juga mengatakan bahwa ia sangat senang dalam pertemuan antaragama pada Jumat (1/12) malam. Di mana dia mengadakan pertemuan emosional dengan pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar dan kemudian menyebutkan kata Rohingya untuk pertama kalinya dalam perjalanannya saat ini. Ia mengatakan bahwa mereka (Rohingya)memiliki Tuhan dan harus dihormati.

Sebelumnya di Myanmar dia mengikuti saran dari petinggi Gereja Myanmar yang mengatakan bahwa penggunaan kata tersebut dapat memicu reaksi balasan terhadap orang-orang Kristen dan melukai jalan demokrasi Myanmar yang rapuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement