Kamis 07 Dec 2017 15:57 WIB

Putin Kembali Nyapres Tahun Depan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
 Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki Aula Alexadrovsky di Kremlin di Moskow, Rusia, 1 Oktober 2015.
Foto: Sergei Ilnitsky/Pool/AP
Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki Aula Alexadrovsky di Kremlin di Moskow, Rusia, 1 Oktober 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin akan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum presiden tahun depan. Dilansir di BBC, Rabu (6/12), Putin menyampaikannya dalam pidato di depan pekerja perusahaan mobil Volga di kota Nizhny Novgorod.

"Saya akan maju kembali menjadi kandidat untuk federasi Rusia," katanya.

Putin telah menjadi pemimpin Rusia sejak 2000, baik sebagai presiden maupun perdana menteri. Jika ia kembali menang dalam pemilu Maret 2018, ia akan berkuasa hingga 2024. Menurut jajak pendapat di Rusia, Putin kemungkinan akan menang dengan mudah.

Oposisi utamanya, Alexei Navalny telah begitu saja tertiup dari jalan Putin menuju kursi nomor satu. Ia dinyatakan bersalah atas tuduhan penggelapan dana. Navalny menyebut kasusnya bermotif politik.

Putin sangat populer dan berpengaruh bagi rakyatnya. Ia dinilai sebagai seorang pemimpin yang kuat dan berhasil membawa Rusia pada titik tertingginya lagi di kancah global.

Dua insiden yang memberi dampak signifikan adalah intervensi militer Rusia di Suriah dan aneksasi atas Krimea dari Ukraina. Meski demikian, ia dikritik dengan tuduhan memfasilitasi korupsi dan aneksasi Krimea yang ilegal di mata internasional.

Pria kelahiran 7 Oktober 1952 di Lenigrad atau sekarang disebut St Petersburg ini awalnya adalah seorang mata-mata. Ia kuliah hukum dan bergabung dengan KGB setelah lulus.

Ia menjadi mata-mata di Jerman timur kala itu. Sejumlah rekannya sesama mata-mata beberapa kali menempati posisi penting di era Putin berkuasa.

Ia kemudian jadi asisten utama wali kota St Petersburg, Anatoly Sobchack. Langkahnya ke Kremlin berawal di masa Boris Yeltsin pada 1997. Ia menjadi kepala Federal Security Service.

Putin kemudian terpilih menjadi perdana menteri. Pada malam tahun baru 1999, Yeltsin mengundurkan diri dan menunjuk Putin sebagai presiden pengganti sementara.

Ia memenangkan kursi presiden dengan mudah dalam pemilu Maret 2000. Periode kedua dimulainya pada 2004. Namun, konstitusi Rusia tidak mengizinkan tiga periode kepemimpinan secara berturut-turut.

Ia pun jadi perdana menteri. Pada 2012 ia mencalonkan diri untuk posisi presiden lagi dan memenangkannya dengan mudah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement