Selasa 12 Dec 2017 20:15 WIB

Perubahan Iklim Kini Harus Masuk dalam Agenda Sektor Privat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri
Foto: REUTERS
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perubahan iklim kini haru juga masuk dalam agenda sektor privat. Kepala Konvensi Perubahan Iklim PBB Patricia Espinosa mengatakan sikap politik dinilai tidak cukup jika arsitektur keuangan global pun tidak berjalan ke arah yang sama.

Menurut dia, perlu ada pembaruan arsitektur keuangan global untuk membuat pembangunan tetap rendah emisi, kukuh, dan berkelanjutan.
 
''Kami melihat ada pergerakan. Tapi, perubahan iklim kini harus juga jadi pertimbangan sektor privat dalam semua keputusan mereka,'' kata Espinosa dalam pertemuan One Planet Summit di Paris, Prancis, seperti dikutip AFP, Selasa (12/12).
 
Mantan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, berharap konferensi kali ini akan menghasilkan aksi nyata. ''Khususnya dukungan pembiayaan bagi negara berkembang, negara-negara kepulauan, dan negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim,'' ungkap Ban.
 
Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama para pemimpin dunia hadir dalam One Planet Summit di Paris, Prancis, pada Selas (12/12) yang fokus pada pembiayaan program-program perubahan iklim. Ini adalah pertemuan ke dua terkait isu perubahan iklim di Paris setelah pada 2015 lalu, 195 negara sepakat mengadopsi Kesepakatan Paris dalam pertemuan tahunan Konferensi Bersama di bawah kerangka Konvensi Perubahan Iklim PBB pertama di Paris (COP21).
 
Dengan investasi triliun dolar AS ke sektor energi bersih, Kesepakatan Paris memiliki tujuan besar untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah dua derajat Celcius.
 
Setelah Kesepakatan Paris mendapat dukungan dari mantan Presiden Obama pada 2015, penggantinya Donald Trump justru menjadi bayang-bayang pelaksanaan kesepakatan ini. Presiden AS, Donald Trump, bahkan menarik dukungan politik dan keuangan AS terhadap kesepakatan global ini.
 
Trump bahkan masih menyebut perubahan iklim adalah kebohongan semata sehigga AS menarik diri dari semua konvensi terkait itu. Ia juga memangkas semua biaya riset perubahan iklim di AS.
 
Presiden Prancis Emmanuel Macron berharap Trump berubah pikiran. Usai menyerahkan penghargaan kepada 18 saintis perubahan iklim yang 13 di antaranya berasal dari universitas di AS, Macron mengajak para peneliti bisa membuat bumi pulih kembali.
 
Pembiayaan telah lama jadi kendala dalam pelaksanaan program perubahan iklim PBB. Negara berkembang butuh bantuan keuangan untuk mengembangkan sumber energi rendah emisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement