Kamis 14 Dec 2017 13:47 WIB

MSF: 6.700 Warga Rohingya Tewas

Rep: Fira Nursya'bani/Rizkyan/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Muslim Rohingya.
Foto: AP/Dar Yasin
Pengungsi Muslim Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA - Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas memperkirakan lebih dari 6.700 warga Rohingya telah tewas setelah kekerasan meletus di Myanmar sejak Agustus lalu. Berdasarkan survei pengungsi di Bangladesh, jumlah ini jauh lebih tinggi daripada angka resmi yang dikeluarkan p\Pemerintah Myanmar yang berjumlah 400 orang.

MSF mengatakan, data ini adalah indikasi yang cukup jelas mengenai kekerasan meluas yang dilakukan oleh tentara Myanmar. Lebih dari 647 ribu warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus itu.

Survei kelompok bantuan tersebut menemukan setidaknya 9.000 warga Rohingya telah meninggal dunia di Myanmar, antara 25 Agustus hingga 24 September. Dari jumlah itu, 6.700 di antaranya dipastikan tewas sebagai korban kekerasan.

"Dalam perkiraan paling konservatif, setidaknya 6.700 kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan, termasuk sedikitnya 730 anak di bawah usia lima tahun," ujar MSF, dikutip BBC.

Angkatan Bersenjata Myanmar menyatakan, sekitar 400 orang Rohingya yang terbunuh mayoritas adalah teroris. Namun ada banyak laporan oleh para jurnalis dan peneliti, berdasarkan wawancara dengan pengungsi, yang membuat sulit untuk membantah pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan telah terjadi di tangan pasukan keamanan Myanmar.

Angka yang diteliti dengan baik oleh MSF ini menunjukkan, operasi yang dilakukan oleh militer Myanmar cukup brutal untuk bisa diajukan ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan. Masalahnya adalah, Myanmar belum meratifikasi Statuta Roma ICC dan tidak terikat untuk bekerja sama dengannya.

Membawa sebuah kasus ke ICC memerlukan persetujuan kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Sementara Cina sampai sekarang masih memberikan dukungan penuhnya kepada pemerintah Myanmar dalam menangani krisis tersebut.

"Apa yang kami temukan sangat mengejutkan, baik dari segi jumlah orang yang melaporkan anggota keluarga mereka yang meninggal akibat kekerasan, dan cara mengerikan yang diterima mereka yang telah terbunuh atau terluka parah," kata Direktur Medis MSF Sidney Wong.

Penemuan MSF di antaranya, 69 persen kematian terkait kekerasan disebabkan oleh tembakan senjata, sembilan persen kematian karena dibakar sampai mati di rumah mereka, dan lima persen kematian karena dipukul hingga tewas.

Di antara anak-anak yang meninggal di bawah usia lima tahun, MSF mengatakan lebih dari 59 persen dilaporkan tertembak, 15 persen terbakar sampai mati, tujuh persen dipukul sampai mati, dan dua persen terbunuh oleh ledakan ranjau darat.

"Jumlah kematian kemungkinan akan meningkat karena kami belum mensurvei semua pemukiman pengungsi di Bangladesh dan karena survei tersebut tidak memperhitungkan keluarga yang tidak pernah berhasil keluar dari Myanmar," kata Wong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement