Jumat 15 Dec 2017 04:49 WIB
Dilakikan Kelompok Milisi Djeshi ya Yesu

Astaghfirullah, Perkosa Gadis untuk Kekuatan Supranatural

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
Aliran sesat (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Aliran sesat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kaum ibu yang tinggal di desa Kavumu, Provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik Kongo, mungkin akan dihantui perasaan waswas ketika memiliki seorang anak gadis. Mereka harus sebisa mungkin melindungi putrinya dari jangkauan kelompok milisi Djeshi ya Yesu (The Army of Jesus).

Para milisi Djeshi ya Yesu kerap mengincar dan menculik gadis-gadis belia di Kavumu untuk diperkosa. Mereka berkeyakinan, ketika memperkosa gadis belia, mereka akan mendapatkan kekuatan supranatural di medan perang.

Keyakinan absurd ini telah menyebabkan banyak ibu di Kavumu terpaksa menahan getir. Antara tahun 2013 dan 2016, hampir 50 anak gadis diculik dari rumah mereka pada malam hari. Para gadis belia itu kemudian diperkosa, lalu dicampakkan begitu saja di ladang atau di balik semak-semak yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.

Frederic Batumike adalah tokoh yang menjadi pemimpin kelompok Djeshi ya Yesu. Ia juga merupakan anggota parlemen provinsi. Batumike diketahui mempekerjakan seorang dukun di kelompoknya. Dukun inilah yang menyebarkan ajaran kepada para anggota Djeshi ya Yesu bahwa memperkosa gadis belia akan melindungi mereka dari serangan musuh.

Keyakinan ini kemudian berkembang dan mempengaruhi, tidak hanya anggota Djeshi ya Yesu, tapi juga otoritas keamanan Kavumu. Pada awal terjadinya kasus penculikan dan pemerkosaan, aparat berwenang di Kavumu kerap mengabaikan laporan dari para ibu yang kehilangan anaknya. Tak hanya itu, para aparat justru menuding balik para ibu dengan menyebutnya telah memberikan sendiri anaknya kepada para pemerkosa.

"Belum pernah terjadi sebelumnya, untuk siapa Batumike, anggota parlemen yang sangat berkuasa, dengan kelompoknya dan kontrol keuangannya," ujar Karen Naimer dari Physicians for Human Rights, sebuah kelompok yang bekerja dengan dokter, investigator, dan pengacara untuk mengumpulkan bukti pemerkosaan Kavumu, dikutip laman the Guardian.

Denis Mukwege, seorang dokter yang telah berkalu-kali dinominasikan untuk mendapatkan nobel perdamaian turut aktif dalam menangani para gadis yang menjadi korban pemerkosaan milisi Djeshi ya Yesu. Ia mengaku sangat prihatin kepada para korban karena dirinya tidak mampu memperbaiki organ dalam mereka.

Kendati demikian, pada Rabu (13/12) sebuah persidangan telah digelar untuk mengadili 12 milisi Djeshi ya Yesu yang diduga melakukan pemerkosaan terhadap 37 gadis belia di Kavumu. Satu di antaranya termasuk Batumike selaku pemimpin kelompok Djeshi ya Yesu.

10 anggota Djeshi ya Yesu telah divonis bersalah karena melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan. Dua lainnya, yang ternyata merupakan dukun, juga dinyatakan bersalah. Namun belum jelas apakah mereka dinyatakan bersalah karena turut memperkosa atau hanya karena memberi perintah atau instruksi kepada anggota Djeshi ya Yesu.

Karen Naimer menyambut baik persidangan yang digelar untuk mengadili Batumike dan anggota kelompok milisinya. "Persidangan ini menunjukkan bahwa keadilan dapat dilayani di Kongo, bahkan ketika terdakwa memiliki kekuatan yang signifikan dan terorganisir," katanya menyinggung peranan Batumike.

Charles Cubaka Cicura, seorang pengacar untuk korban pemerkosaan juga menyambut putusan ini. "Ini penting. Korban sudah menunggu. Ini adalah sinyal kuat bagi siapa saja yang akan merenungkan jenis pelanggaran ini," ujarnya.

Hukuman yang dijatuhkan kepada para anggota milisi cukup menenangkan para ibu di Kavumu. Sebab tahun lalu, Felix Mugisho Maroyi, seorang aktivis yang membantu perjuangan para ibu yang anaknya diperkosa, pernah mengatakan, banyak anggota milisi Djeshi ya Yesu yang terlibat pemerkosaan masih melenggang bebas. "Dan ibu-ibu ini mengatakan bahwa mereka tak bisa tidur di malam hari karena takut anak-anak perempuannya akan diculik lagi," kata Maroyi.

Kasus pemerkosaan di Kavemu terjadi pada saat yang tidak menyenangkan bagi pemerintah. Sebab Kongo saat ini sedang berupaya membersihkan citra negaranya yang identik dengan pemerkosaan.

Citra ini tak bisa dilepaskan dari pernyataan yang pernah dilontarkan mantan perwakilan PBB untuk kekerasan seksual di daerah konflik Margot Wallstrm. Pada 2010, ia menyebut Kongo sebagai ibu kota pemerkosa di dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement