Ahad 17 Dec 2017 07:04 WIB

Dua Warga Palestina Dibunuh Oleh Penembak Jitu Israel

Rep: Marniati/ Red: Winda Destiana Putri
Siluet penembak jitu (ilustrasi)
Foto: freeimages.com
Siluet penembak jitu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dua hari sebelum terbunuh, Ibrahim Abu Thurayyah menyampaikan sebuah pesan kepada tentara Israel melalui video. Abu Thurayyah tewas ditembak mati oleh penembak jitu Israel pada Jumat lalu.

"Saya menyampaikan sebuah pesan kepada tentara pendudukan Zionis.Tanah ini adalah tanah kita, kita tidak akan menyerah, Amerika harus mencabut deklarasi yang dibuatnya," ujar priayang kehilangan kedua kaki dan ginjalnya dalam serangan udara Israel 2008.

 

Dilansir di Aljazirah, Ahad (17/12), sebelum kematiannya, pria yang duduk di kursi roda ini telah menjadi tokoh utama dalam demonstrasi di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dengan Israel. Saat melakukan demonstrasi, pria berusia 29 tahun tersebut terlihat memanjat tiang listrik dan mengibarkan bendera Palestina di atasnya.

 

Abu Thurayyah sering meninggalkan kursi rodanya di rumah dan menghadiri demonstrasi di sekitar Kota Gaza dengan membawa bendera Palestina. Saat ditembak oleh tentara Israel Abu Thurayyah sedang membawa bendera Palestina.

 

AbuThurayyah sempat menceritakan serangan yang ia terima pada April 2008 lalu yang menyebabkan ia harus duduk di kursi roda. Saat itu, Abu Thurayyah duduk dengan beberapa teman di kamp pengungsi al-Bureij di Gaza tengah. Dia terkena serangan udara Israel yang menyebabkan ia kehilangan kaki dan ginjalnya. Bahkan ada orang yang terbunuh dalam serangan tersebut.

 

Sebagai tulang punggung untuk 11 anggota keluarganya yang sakit, Abu Thurayyah, yang sebelumnya seorang nelayan terpaksa untuk mencari pekerjaan baru agar dapat membayar tagihan rumah mereka di kamp. Dia bekerja sebagai pencuci mobil, menghasilkan 20 dolar AS per hari. Terkadang ia juga menjual sayuran di pasaran untuk memenuhi kebutuhan.

 

Dalam sebuah wawancara dengan Shehab News Agency beberapa tahun yang lalu, Abu Thurayyah menyampaikan harapan dan impiannya untuk masa depan. "Saya berharap suatu hari bisa memiliki rumah. Saya berharap orang-orang di negara-negara Eropa dan Arab akan membantu saya setelah mendengarkan ceritaku untuk mendapatkan perawatan di luar negeri dan kaki palsu," katanya.

 

Seorang warga Palestina lainnya, Yaser Sukkar juga tewas pada hari yang sama saat melakukan demonstrasi di perbatasan Gaza. Dua orang lainnya dibunuh oleh tentara Israel di Tepi Barat yang diduduki. Ini artinya jumlah warga Palestina yang tewas sejak keputusan Trump tentang Yerusalem berjumlah delapan orang.

 

Pemakaman Abu Thurayyah dan tiga orang Palestina lainnya diadadakan Sabtu lalu. Ribuan orang turun ke jalan untuk memberikan penghormatan. Juru bicara kementerian kesehatan Gaza,Ashraf al-Qidra mengatakan tentara Israel telah menggunakan penembak jitu yang dipersenjatai dengan peluru peledak.

 

"Tentara juga menggunakan bom gas dengan kualitas yang tidak diketahui, yang menyebabkan luka dalam bentuk kejang, muntah, batuk dan detak jantung yang cepat," katanya.

 

Qidra juga mencatat bahwa pasukan Israel telah menggunakan kekerasan berlebihan terhadap warga sipil dan dengan sengaja menargetkan paramedis, ambulans, dan jurnalis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement