Rabu 03 Jan 2018 04:31 WIB

Korut Dinilai Ingin Redakan Tekanan Internasional

Rep: Noer Q Kusumawardhani/ Red: Indira Rezkisari
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Setelah setahun melakukan ancaman dan meningkatkan senjata, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tampaknya menggunakan ajang Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan sebagai pereda tekanan internasional yang terus meningkat terhadap Pyongyang sambil membiarkan gudang senjata nuklirnya tidak tersentuh.

Kim Jong Un, dalam pidato tahunannya di acara tahun baru, menyerukan pengurangan ketegangan di semenanjung Korea. Ia juga menandai partisipasi Korea Utara dalam Olimpiade bulan depan, tepat di seberang perbatasan di Pyeongchang

Korea Selatan sangat ingin melibatkan Korea Utara untuk memastikan ajang olahraga dunia itu tidak terganggu oleh tes nuklir atau rudal dan sebagai cara untuk membangun kembali dialog dengan negara tertutup tersebut. Analis mengatakan langkah awal Kim ditujukan untuk membuat irisan antara Seoul dan Washington.

Namun, langkah tersebut juga menargetkan konsensus internasionalyang lebih luas menargetkan pemain utama Cina, Rusia, dan Jepang. Mereka telah memperketat sanksi dan memperdalam isolasi untuk Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir.

"Bagian utama dari buku Kim adalah mengeksploitasi dan memperluas perbedaan kepentingan, misalnya di antara Amerika Serikat dan Korea Selatan, namun lebih luas di antara lima negara tetangga," kata Diplomat yang tergabung dengan Asian Society Policy, Daniel Russel, dikutip dari Reuters, Rabu (3/1).

Menurut Russel, Korea Utara telah lama mengikuti strategi provokasi intens yang diikuti fase konsiliasi yang bertujuan untuk mengekspos perpecahan. "Ini adalah kesatuan klasik yang kita hadapi, membagi kita jatuh dalam situasi. Selalu lebih mudah mempertahankan solidaritas lima partai saat Korea Utara berperilaku buruk," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah meningkatkan sebuah upaya peningkatan sanksi global terhadap Korea Utara. Sebab, mereka berusaha mengembangkan rudal yang mampu menyerang AS.

Trump mengatakan sanksi dan tekanan lainnya berdampak besar pada Korut. Namun, ia menahan keputusannya untuk upaya itu.

"Mereka sekarang ingin berbicara dengan Korea Selatan untuk pertama kalinya. Mungkin itu kabar baik, mungkin tidak-kita akan lihat," kata Trump lewat sebuah unggahan di Twitter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement