Ahad 07 Jan 2018 07:47 WIB

Kerap Buat Kontroversi, Trump 'Dibela' Twitter

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ratna Puspita
Presiden Donald Trump.
Foto: EPA-EFE/Michael Reynolds
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA — Twitter menegaskan tidak akan menghapus akun Donald Trump, meskipun Presiden Amerika Serikat itu kerap  mengeluarkan tweet provokatif. Twitter beralasan hal tersebut terkait dengan transparansi informasi dan tidak membungkam pendapat orang lain. 

Trump baru-baru ini mengancam Korea Utara dengan perang nuklir dengan menyatakan menyebutkan 'tombol nuklirnya’. “Saya juga memiliki Tombol Nuklir, tapi ini lebih besar dan lebih kuat daripada dia, dan tombol saya bekerja!” ucap Trump dalam akun Twitternya, dilansir dari Independent, Ahad (7/1). 

Untuk menambah kekisruhan, anggota Kongres mendesak perlu adanya wewenang yang lebih besar bagi Presiden AS untuk meluncurkan serangan nuklir. Di tengah hal tersebut, ada pihak yang meminta Twitter untuk membuat peraturan yang melarang pidato kekerasan atau kasar dengan pesan yang dapat memicu konflik internasional.

Namun, Twitter menjelaskan alasan Trump tidak akan dikenakan sanksi berdasarkan peraturan yang melarang penyalahgunaan. Dalam sebuah penjelasannya, Twitter menyatakan, memblokir pemimpin dunia dari Twitter atau menghapus Tweet kontroversial mereka akan menyembunyikan informasi penting yang harus dapat dilihat dan diperdebatkan orang. 

“Itu juga tidak akan membungkam pemimpin itu, tapi pasti akan menghambat diskusi yang diperlukan seputar kata-kata dan tindakan mereka,’” kata Twitter. 

Ketika Trump me-retweet kelompok anti-Muslim pada bulan Desember, Twitter mengatakan menjaga agar pesan terlihat menunjukan setiap sisi dari sebuah isu dan melayani kepentingan publik yang sah dalam ketersediaan (mereka). Ketika Trump memperingatkan Korea Utara, para pemimpinnya 'tidak akan lama lagi', yang oleh Pyongyang dijuluki 'sebuah deklarasi perang', Twitter mengutip 'berita baru' dan 'kepentingan umum'. 

Bahkan, karena menyatakan Trump tidak melanggar peraturannya, Twitter telah mencengkeram supremasi kulit putih dan orang lain melanggar pedoman yang diperbarui dengan menghapus tanda verifikasi biru mereka. Hal ini juga memperkuat kebijakannya tentang pidato kebencian dengan berjanji untuk menghukum pesan yang mempromosikan atau mengedepankan kekerasan. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement