Ahad 07 Jan 2018 09:13 WIB

Buku Ini Membuat Presiden Trump Meradang

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Agus Yulianto
Donald Trump
Foto: time.com
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, GEDUNG PUTIH -- Buku 'Fire and Fury' karya jurnalis Michael Wolff yang baru diluncurkan pada Kamis (5/1) seketika menjadi sorotan. Buku yang mengulas sosok Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama bertugas di Gedung Putih ini membuat kesehatan mental Trump kembali diperbincangkan banyak kalangan.

Seperti dilansir BBC, Buku ini pun mendapat respons yang sangat tidak ramah dari sang Presiden. Trump menilai, buku karya Wolff sebagai buku yang membosankan dan tidak benar. Ia juga mengejek Wolff sebagai seorang pecundang.

Trump menilai, buku tersebut diterbitkan hanya untuk menjatuhkan dirinya. "Mereka seharusnya berusaha untuk memenangkan pemilu. Menyedihkan!" tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Trump juga mengatakan, ia tak pernah memberikan Wolff akses untuk datang ke Gedung Putih ataupun berbicara langsung dengan dirinya terkait buku tersebut. Akan tetapi, Wolff merespons bahwa ia sudah berbicara langsung dengan presiden dan dalam percakapan terbuka.

"Apa yang saya lakukan di sana (Gedung Putih) jika dia tak mengizinkan saya ada di sana? Saya benar-benar berbicara dengan presiden, dan itu bukan pembicaraan off the record," jawab Wolff sepertid dilansir Guardian.

Wolff mengatakan, ia menghabiskan total waktu selama tiga jam dengan Trump. Pertemuan dengan Trump terjadi selama masa kampanye pemilu dan setelah inagurasi.

Wolff bukan satu-satunya orang yang menyoroti kondisi kesehatan mental sang presiden dalam sebuah buku. Asisten profesor dari Yale School of Medicine Bandy Lee juga sempat menyoroti kondisi kesehatan mental Trump dalam buku 'The Dangerous Case of Donald Trump'. Dalam buku ini, terdapat beragam essai yang ditulis oleh 27 tenaga kesehatan mental profesional yang menilai sang presiden.

Bulan lalu, Lee juga mengungkapkan potensi risiko yang berkaitan dengan perilaku Trump di hadapan 12 anggota Kongres. Lee dan beberapa rekan psikiater lain merasa perlu untuk bicara karena mereka menilai risiko bahaya yang berkaitan dengan perilaku Trump semakin terasa.

Menurut Lee, Trump telah menunjukkan beberapa perilaku yang cukup meresahkan. Misalnya, agresivitas verbal, sesumbar tentang kekerasan seksual dan juga menyiratkan penggunaan kekerasan saat berbicara di hadapan banyak orang. Salah satu contohnya, Trump menunjukkan ketertarikan pada senjata yang kuat dan perang serta memprovokasi negara seteru yang memiliki pemimpin tak stabil dan juga tenaga nuklir.

"Tanda-tanda ini bukan sekedar tanda bahaya, tetapi (tanda) dari jenis kekerasan paling dahsyat yang bsia mengakhiri kehidupan manusia seperti yang kita ketahui," kata Lee.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement