Rabu 17 Jan 2018 16:51 WIB

Jepang Keluarkan Peringatan Terkait Tim Pemandu Sorak Korut

Korea Utara (Illustrasi)
Korea Utara (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) akan mengirim regu sorak 230 orang ke Olimpiade Musim Dingin Korea Selatan (Korsel) pada bulan depan. Rencana tersebut disampaikan Pemerintah Korsel pada Rabu (17/1), setelah perundingan di tengah pencairan hubungan kedua negara tersebut.

Pada saat sama, Jepang memperingatkan agar berhati-hati atas kegencaran pesona Korut. Korut dan Korsel berbicara sejak minggu lalu -untuk pertama kali sesudah lebih dari dua tahun- tentang Olimpiade, menawarkan jeda dari kebuntuan berbulan-bulan akibat program peluru kendali dan nuklir Korut, yang dilakukan Korut untuk melawan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dua puluh negara, yang bertemu di Vancouver, Kanada, pada Selasa (16/1) sepakat mempertimbangkan sanksi lebih keras demi menekan Korut untuk meninggalkan senjata nuklirnya dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, memperingatkan Korut bahwa hal itu dapat memicu tanggapan militer jika pihaknya tidak memilih jalur perundingan.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan di Vancouver bahwa dunia seharusnya tidak naif dengan 'serangan pesona' Korut atas Olimpiade. "Bukan saatnya untuk mengurangi tekanan atau memberi penghargaan kepada Korut," kata Kono, "Kenyataan bahwa Korut terlibat dalam perundingan dapat diartikan sebagai bukti bahwa sanksi tersebut sedang berjalan."

Pemimpin Korut Kim Jong-un menolak untuk menyerah pada pengembangan peluru kendali nuklir, yang mampu meledakkan AS, meskipun sanksi PBB semakin parah, menimbulkan kekhawatiran akan perang baru di semenanjung Korea. Korut telah menembakkan peluru kendali percobaan ke Jepang.

Di media pemerintahnya minggu ini, Korut memperingatkan Korsel karena merusak hubungan antar-Korea dengan menuntutnya agar menyerahkan senjata nuklirnya. "Kami akan bekerja secara aktif untuk memperbaiki hubungan Korut-Korsel, namun tidak akan bertahan terhadap tindakan yang bertentangan dengan penyatuan," demikian surat kabar Rodong Sinmun Korut.

Kementerian Unifikasi Korsel mengatakan kedua belah pihak saling bertukar pendapat mengenai beberapa isu, termasuk ukuran tim atletik Korut dan acara budaya bersama.

Paik Hak-soon, direktur Pusat Studi Korut di Institut Sejong, Korsel, mengatakan bahwa Kim menggunakan regu sorak untuk menarik perhatian pada semangat kooperatifnya. "Melihat hasil yang baik dalam kompetisi berkat regu sorak akan memungkinkan Korut mengatakan bahwa mereka berkontribusi pada Olimpiade yang sukses dan pemerintah Korsel tampaknya menyetujuinya," kata Paik.

"Pada akhirnya, mereka menggunakan taktik lama ini untuk sampai ke Washington melalui Seoul," katanya menambahkan.

Pada Selasa (16/1), pejabat dari Korut dan Korsel menyetujui orkestra Korut sebanyak 140 orang akan tampil di Korsel selama Olimpiade. Pyongyang juga berencana mengirim delegasi besar selain para atlet dan orkestra.

Korut yang tertutup dan Korsel yang kaya dan demokratis secara teknis masih dalam perang akibat konflik 1950-1953 yang berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai. Korut secara teratur mengancam untuk menghancurkan Selatan, Jepang dan sekutu utama mereka, Amerika Serikat.

Cina, yang tidak menghadiri pertemuan di Vancouver, mengatakan pada Rabu bahwa pertemuan tersebut menunjukkan mentalitas Perang Dingin dan hanya akan merusak penyelesaian masalah Korut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement