Rabu 17 Jan 2018 23:23 WIB

Penjarahan Massal Terjadi di Luar Ibu Kota Venezuela

Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Foto: EPA
Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Orang-orang yang lapar di seantero Venezuela telah menjarah toko-toko di kota-kota provinsi dan mendorong para pemilik toko mempersenjatai diri dengan berbagai senapan dan senjata tajam, yang menimbulkan ketakutan bahwa aksi kejahatan itu dapat menyebar ke ibu kota Caracas.

Kelangkaan makanan yang terus memburuk dan inflasi yang meroket menimbulkan serangkaian perampasan sejak Natal di negara Amerika Selatan tersebut. Dilaporkan pada Rabu (17/1) sebanyak tujuh orang meninggal.

Kerusuhan itu dipicu oleh kekurangan daging babi yang biasa untuk hidangan saat liburan kendati sudah ada janji dari Presiden Nicolas Maduro untuk menyediakan subsidi daging guna mengatasi kekurangan. Para penjarah telah menyerbu truk-truk, toko-toko serba ada dan toko-toko minuman keras di seluruh negara dengan penduduk 30 juta, yang termasuk salah satu negara paling rusuh di dunia.

Venezuela, yang pernah menjadi salah satu negara terkaya di Amerika Latin, menderita resesi selama lima tahun terakhir dan tingkat inflasinya tertinggi di dunia. Selama 11 hari pertama Januari, terjadi sebanyak 107 penjarahan atau usaha penjarahan, menurut sebuah kelompok HAM, the Venezuelan.

Dalam suatu insiden yang paling dramatis, sekelompok orang menyembelih hewan ternak yang sedang digembalakan di sebuah lapangan Merida, negara bagian  berpegunugan di bagian barat Venezuela. Karena merasa skeptis pihak berwenang dapat melindungi mereka, para penjaga toko di kota Garcia de Hevia di negara bagian Tachira telah membawa peralatan yang bisa dijadikan senjata pelindung.

"Kami mempersenjatai diri dengan pisau, pedang, pentungan dan senjata api untuk membela aset-aset kami," kata Willianm Roa, ketua perhimpunan penjaga toko lokal.

Roa, yang memiliki rumah makan dan toko minuman keras, memperkirakan lebih dua pertiga toko di kota kecil dekat perbatasan Kolumbia tutup. "Seorang bermalam di setiap toko dan kami berkomunikasi dengan grup-grup WhatsApp, berkoordinasi selama 24 jam sehari," katanya.

In Ciudad Guayana, bekas kawasan industri di tepi sungai Orinoco di bagian timur Venezuela, banyak toko masih tutup setelah gelombang penjarahan. Sampah berserakan di jalan-jalan dan sedikit mobil lalu lalang walau bus-bus padat dengan penumpang yang berkeliling kota mencari tempat-tempat untuk membeli makanan.

Para pengusaha di Caracas sekarang takut penjarahan terjadi di ibu kota Venezuela itu. Sejauh ini penjarahan terkonsentrasi di provinsi-provinsi yang lebih miskin dan penegakan hukumnya lemah.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement