Selasa 23 Jan 2018 13:59 WIB

Kisah Gadis-Gadis Rohingya yang Dijual ke India

Gadis-gadis ini diperdagangkan dan dijual di India untuk menjadi budak seks.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) memerintah seorang gadis Rohingya tidak memasuki wilayah Bangladesh.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) memerintah seorang gadis Rohingya tidak memasuki wilayah Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, DELHI - - Di usia 15 tahun, Raheema memutuskan untuk meninggalkan rumahnya di Negara Bagian Rakhine di Myanmar. Gadis Rohingya ini melarikan diri untuk bergabung dengan ayahnya di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh pada 2012.

"Tidak ada makanan di rumah dan ibu saya mengatakan saya akan lebih baik jika bergabung dengan ayah saya," kata Raheema, yang sekarang berusia 22 tahun, kepada Thomson Reuters Foundation.

 

Namun, ia kemudian dijual untuk dinikahi dengan seorang pria yang usianya hanya beberapa tahun lebih muda dari ayahnya. Oleh agen, ia diajak melintasi dua perbatasan internasional hingga sampai ke India. "Tapi, bibi saya di kamp tersebut menjual saya kepada agen yang mengatakan kepadanya dia akan mencarikan saya pria untuk dinikahi. Saya tidak mengerti arti menikah. Saya hanya mengikuti agen dan sampai di Kolkata. Saya tidak paham bahasa India, tapi saya pikir saya akan aman," ujarnya.

 

"Saya ditanya oleh agen apakah saya sudah menikah sebelumnya. Saya masih lajang sehingga dia memberikan saya 20 ribu rupee India (atau sekitar 300 dolar AS). Wanita yang sudah menikah akan diberi 15 ribu rupee," ujar Raheema.

 

Setelah menikah selama lima tahun, Raheema berpisah dengan suaminya yang suka berlaku kasar saat ia hamil anak kedua. Saat ini ia tinggal di sebuah permukiman yang menampung warga Rohingya di Nuh, Negara Bagian Haryana di India utara. "Pria itu hanya sedikit lebih muda dari ayah saya. Dia sering memukul saya dengan kabel listrik dan tidak membiarkan saya pergi," tutur dia.

 

Bersama dua anaknya, dia tinggal di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari kardus dan lembaran plastik sebagai atapnya. Dia menunjukkan ruang kecil seperti dapur yang dilengkapi kompor tanah liat untuk memasak makanan.

 

Dia mengaku masih berhubungan dengan ibunya, yang masih berada di Myanmar. "Saya bekerja sebagai pelayan di sini dan mendapatkan 1.200 rupee. Tapi, siapa yang akan memberi makan saya jika saya kembali ke ibu saya?" kata dia.

 

Rohingya mulai bermigrasi ke India bertahun-tahun yang lalu dan sekarang ada hampir 40 ribu Muslim Rohingya yang tinggal di negara tersebut. Kasus pria Rohingya yang diperbudak dengan kerja paksa atau wanita yang diperdagangkan untuk menikah telah lama muncul di India.

 

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) telah mengatakan, pendatang baru yang mayoritas perempuan dan anak-anak, juga berisiko menjadi korban perdagangan manusia.

 

Kamp pengungsian di Bangladesh yang kacau adalah wilayah subur bagi agen perdagangan orang seperti agen yang menjual Raheema. Janji pernikahan diberikan oleh para pedagang yang beroperasi di kamp tersebut untuk memikat anak perempuan.

 

"Pernikahan adalah hal besar bagi gadis-gadis muda dan orang tua mereka selalu menyetujuinya demi stabilitas ekonomi yang lebih baik (untuk anak perempuan mereka)," kata Iffat Nawaz, juru bicara organisasi bantuan dan pengembangan BRAC.

 

Pada Desember, relawan BRAC mulai mengunjungi gadis-gadis muda di kamp pengungsian Cox's Bazar untuk memberi mereka informasi dan dukungan tentang bagaimana agar tetap aman di antara begitu banyak orang asing. "Banyak dari gadis-gadis ini belum pernah melihat begitu banyak pria. Mereka bertemu banyak orang baru," jelas Nawaz.

 

Gadis-gadis itu mendapat pelatihan selama 12 sesi mengenai tanda-tanda yang perlu mereka perhatikan. Tanda-tanda itu di antaranya tidak pantas menyentuh, tidak menawarkan uang atau makanan dan tempat tinggal, dan cara membedakan antara pekerja kemanusiaan dan pedagang manusia.

 

"Ada cukup banyak perempuan yang hilang. Mereka diperdagangkan ke India dan Nepal. Kami meluncurkan program ini untuk mengurangi risiko itu," kata Nawaz.

 

Hasina Kharbhih, pendiri organisasi amal anti-trafiking Impulse NGO Network yang bekerja di India, Bangladesh, dan Myanmar, mengatakan kelompok tersebut sedang berupaya menyatukan kembali 15 gadis Rohingya di India bersama keluarga mereka.

 

"Gadis-gadis ini diperdagangkan dan dijual di India untuk menjadi budak seks atau untuk dinikahkan pada enam sampai delapan tahun yang lalu. Mereka berada di tempat penampungan yang dikelola pemerintah sekarang," ujar Kharbhih.

 

"Kami belum berhasil mengirim mereka pulang karena kami tidak dapat melacak keluarga mereka di Myanmar," tambah dia. Kharbhih juga menerima lima laporan dalam enam bulan terakhir dari keluarga di kamp pengungsi Bangladesh yang mencari anak perempuan mereka yang diperdagangkan ke India.

 

Sekitar 17 ribu pengungsi Rohingya dan pencari suaka terdaftar di agen pengungsi UNHCR di India. Banyak dari mereka yang menggunakan surat UNHCR untuk mengajukan permohonan demi mendapatkan kartu pengungsi sebagai bukti identitas.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement