Kamis 25 Jan 2018 17:38 WIB

UNICEF Sebut Rohingya Belum Aman Pulang ke Myanmar

Banyak orang Rohingya yang ingin kembali ke desa mereka

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Pengungsi Muslim Rohingya melintasi sungai Naf di perbatasan Myanmar-Bangladesh, untuk menyelematkan diri mereka dari genosida militer Myanmar. (foto file)
Foto: AP/Bernat Armangue
Pengungsi Muslim Rohingya melintasi sungai Naf di perbatasan Myanmar-Bangladesh, untuk menyelematkan diri mereka dari genosida militer Myanmar. (foto file)

REPUBLIKA.CO.ID,  KUTUPALONG - Wakil Direktur Eksekutif UNICEF Justin Forsyth mengatakan warga Rohingya belum aman untuk pulang ke Myanmar. Menurutnya serangan terhadap Muslim Rohingya tampaknya saat ini masih berlanjut di Negara Bagian Rohingya.

Ia menuturkan, banyak orang Rohingya yang ingin kembali ke desa mereka, tetapi mereka masih meragukan keselamatan di sana. Hal ini disampaikan Forsyth saat ia berkunjung ke kamp pengungsian Kutupalong di Bangladesh, pada Rabu (24/1).

"Situasinya tidak aman untuk memulai pemulangan. Saya berbicara dengan seorang wanita muda yang sedang berbicara di telepon dengan bibinya di Rakhine di Myanmar. Mereka (tentara) masih menyerang desa bahkan sampai hari ini," jelas Forsyth.

Forsyth mencatat, organisasi internasional tidak memiliki akses ke banyak daerah yang terkena dampak krisis di Myanmar. "Serta keamanan, kita harus bisa memberikan dukungan kemanusiaan untuk orang-orang saat mereka kembali. Saat ini kondisinya tidak di tempat," jelasnya.

Komentar Forsyth disampaikan setelah mantan Duta Besar AS untuk PBB Bill Richardson mengundurkan diri secara tiba-tiba dari komite penasihat Rakhine. Richardson mengatakan komite itu tak ubahnya grup pemandu sorak bagi pemerintahan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.

"Dia menyalahkan semua masalah yang dihadapi Myanmar ke media internasional, ke PBB, ke kelompok hak asasi manusia, ke pemerintah lain, dan saya pikir ini disebabkan oleh gelembung yang ada di sekitarnya, oleh individu yang tidak memberikannya saran secara jujur," ujar Richardson, yang pernah menjadi teman dekat Suu Kyi, pada Rabu (24/1) dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press di Yangon.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement